Fenomena ini ditandai dengan Matahari tidak tenggelam di bawah cakrawala selama periode waktu tertentu dalam setahun.
Sebaliknya, Matahari akan terus bersinar sepanjang malam.
Saat tengah malam, Matahari akan terus berada di atas cakrawala, sehingga suasana masih terasa seperti sore hari.
Fenomena ini terjadi karena kemiringan sumbu Bumi, di mana pada periode tertentu selama tahun, salah satu kutub Bumi cenderung menjauh dan salah satunya mendekat dari Matahari.
Hal ini mengakibatkan Matahari seolah-olah tidak tenggelam karena wilayah tersebut selalu terkena sinar Matahari.
Ini biasanya terjadi selama musim panas di wilayah kutub utara (Arktik) dan selama musim dingin di wilayah kutub selatan (Antartika).
Bertepatan di bulan Ramadan 1444 Hijriah yang terjadi dari 23 Maret hingga 20 April nanti, umumnya di wilayah paling utara Svalbard, Finlandia, Norwegia, dan Greenland mengalami Midnight Sun.
Sinar Matahari akan selalu ada selama 24 jam, sehingga umat Islam di sana tidak bisa berbuka puasa dengan mengandalkan waktu Matahari tenggelam.
Lalu, bagaimana umat Islam yang mengalami Midnight Sun berbuka puasa saat Matahari tidak tenggelam, ya?
Menggunakan Waktu Mekkah
Karena tidak mengalami Matahari tenggelam selama 2 bulan, lembaga Islam di Eropa pun memberikan kebijakan agar warga yang terkena Midnight Sun untuk menggunakan waktu Mekkah.
Baca Juga: Mengapa Fenomena Aurora Hanya dapat Disaksikan di Kutub Utara dan Selatan?