Tidak disangka, di udara, Pipiyot dan sapu terbangnya sedang memantau situasi.
"Hmmm, harum cokelat! Hihi, pasti Pak Dobleh lagi bikin cokelat. Haha, lihat ah!" ucap Pipiyot sambil mengarahkan sapu terbang ke arah dapur istana.
Setelah sampai, Pipiyot kemudian turun dari sapu terbang dan mendekati jendela.
"Hmm, aroma cokelatnya enak, enak, enak! Hihihi, mending cokelat satu panci itu aku bawa ke rumahku, saja!" ujar Pipiyot dan rencana isengnya.
"Blur.. Kumblar.. Kumblur!" Pipiyot sudah mengucapkan mantranya sambil membuat gerakan tangan.
Bukannya mendapatkan satu panci isi cokelat, yang ada justru sendok pengaduk di panci terbang sendiri dan mengejar Pipiyot.
Tidak hanya mengejar, sendok itu juga mencoba memberi pelajaran pada Pipiyot, hingga ia takut sendiri.
Pak Dobleh mendengar ada orang berteriak kesakitan.
"Loh.. loh.. loh? Suara apa itu, ya?" kata Pak Dobleh.
"Aaaa.. Aw... Heuh!" suara itu makin kencang.
Pak Dobleh mendekati sumber suara, namun tidak menemukan apapun. Ternyata Pipiyot berhasil mengusir sendok pengaduk dan segera bersembunyi.
Baca Juga: Dongeng Petualangan Oki dan Nirmala: Pipiyot di Menara Istana #MendongenguntukCerdas