Dalam bahasa Yunani, hypokirrhos berarti warna yang berkisar dari kuning pucat hingga merah terang, karena saat itu Betelgeuse belum berwarna merah.
Pada tahun 1603, astronom Jerman Johann Bayer memberi nama bintang tersebut Alpha Orionis, yang berarti bintang paling terang di konstelasi Orion.
Meski sekarang bintang paling terang di Orion adalah Rigel, nama Alpha Orionis tetap menjadi julukan bagi Betelgeuse.
Pada tahun 1836, astronom Sir John Herschel menemukan dan mendokumentasikan perubahan kecerahan pada bintang Betelgeuse.
Sejak saat itu, Betelgeuse dianggap sebagai bintang yang secara berkala bertambah dan berkurang kecerahannya.
Kecerahannya Menurun
Pada tahun 2019, astronom menemukan bahwa kecerahan bintang Betelgeuse menurun drastis.
Dalam waktu beberapa bulan, Betelgeuse telah meredup sekitar 60 persen. Fenomena ini dikenal dengan sebutan Great Dimming, atau Peredupan Besar.
Namun setahun kemudian, yakni tahun 2020, kecerahan Betelgeuse kembali normal.
Para astronom berupaya menyelidiki apa yang terjadi pada Betelgeuse dengan mengamati data dari Teleskop Antariksa Hubble milik NASA.
Ditemukan, Betelgeuse sempat mengalami 'ledakan' pada tahun 2019, sehingga ada sebagian material yang terlontar menjadi awan debu yang menghalangi cahayanya.
Baca Juga: Bumi Punya Bulan, Bisakah Bulan Memiliki Bulan Lain yang Mengorbitnya?