"Bantu aku, Mbak Mil! Bantu aku!" seru Taras.
Mbak Mimil baru saja bergerak. Namun Pak Dodo lebih cepat melemparkan lap mobil, meninggalkan mobil yang sedang dicucinya, dan menolong Taras.
"Sudah! Sekarang, kamu cepat pergi!" seru Taras pada Ota.
"I-iya... iya!" kata Ota gemetar. Dia langsung menghambur pergi dari tempat itu.
"Ada apa, Mas? Kok... heboh begini?" tanya Mbak Mimil.
"Ota tak mau mendengarkan omonganku. Sudah kubilang, Bonbin ini bisa melacak pencuri. Dia tak percaya. Dia malah mau ngetes. Dia masukkan sebuah buku aku ke dalam tas. Terus dia suruh aku buktikan kalau Bonbin bisa mengetahui bahwa dia yang mengambil buku itu. Eeeh, begitu terbukti, dia malah ketakutan sendiri!" Taras menggeleng-gelengkan kepalanya.
Mbak Mimil tampak mengangguk-angguk polos.
"Eeeh! Tunggu dulu!" seru Taras tiba-tiba. Di balik kacamatanya, sepasang mata Taras berbinar-binar, tanda dia mendapatkan sebuah ide bagus. "Kenapa enggak aku suruh aja Bonbin melacak siapa pencuri bunga mawar Mama! Caranya kan gampang. Tinggal aku ajak dia ke rumpun mawar, mencium bau tubuh orang yang mencurinya, dan kemudian menangkap orangnya! Waaah! Ideku cemerlang…"
Dengan riang gembira Taras menarik tali Bonbin. "Ayo, Bonbin! Kita lacak sekarang juga!"
Mbak Mimil terpaku di tempatnya, tepat di samping Pak Dodo yang juga tertegun. Taras tersenyum simpul. “Ayooo! Mengakulah Mbak Mimil! Ayo mengaku,” gumam Taras di dalam hati.
"T-tunggu dulu Mas Taras! T-tidak perlu! Saya... saya mengaku! Sayalah pencuri bunga itu!"
Tuh kaaan! Taras tersenyum lebar. Eeeh! Tetapi aneh... Taras tiba-tiba sadar. Kenapa malah suara laki-laki yang mengucapkan pengakuan itu? Taras menoleh dengan bingung. Tampak Pak Dodo menatap Taras. Wajahnya pucat dan sikapnya serba salah. Taras menganga. "Yang... yang mencuri bunga…, Pak Dodo?" tanyanya tak percaya.