Keajaiban Pada Malam Bulan Biru

By Sylvana Toemon, Kamis, 3 Mei 2018 | 04:00 WIB
Keajaiban pada malam bulan biru (Sylvana Toemon)

Ucapan Peter terpotong suara batuk parah Kakek Tom. Peter tersenyum sekilas.

“Bisakah kamu membawa pulang Ted, cucu Kakek Tom, agar bisa merawat dan menghibur Kakek Tom? Ia sakit parah dan Te…,”

Criiiing!

Permintaan Peter terpotong suara dentang merdu yang timbul saat peri di depannya tiba-tiba berputar tiga kali berturut-turut.

“Sudah beres! Besok Ted akan datang!” lapor si peri. “Sekarang, permintaan kedua!”

“Aku ing…,”

Tring… ting… ting… tring… Kali ini ucapan Peter terpotong lagu dari kotak musik Rossy. Malam hari pun, kadang-kadang, Rossy suka membunyikan kotak musiknya.

“Tolong sembuhkan kaki Rossy agar ia bisa menari dengan lincah,” pinta Peter.

Criiiing! Peri mungil itu berputar tiga kali lagi.

“Ya! Besok pagi Rossy akan bangun dengan kaki sehat!” seru peri mungil itu. “Tinggal satu permintaan lagi. Kamu belum minta apa-apa buat dirimu, lo!”

Peter diam. Apa yang sebaiknya ia minta? Pekerjaan baru bergaji besar? Sepeti uang emas? Cukupkah untuk hidup enak sampai akhir hayatnya?

“Mmmhh…,” Marion bergerak dalam tidurnya. Peter memandanginya.

“Aku ingin Marion bahagia,” ucap Peter sambil tersenyum.

Criiiiiing! Peri itu berputar cepat tiga kali dan bersinar amat terang sampai Peter memejamkan mata.

Saat Peter membuka matanya lagi, tiba-tiba hari sudah pagi dan Peter terbaring di atas tempat tidurnya. Peter langsung kecewa. Ternyata semua hanya mimpi.

Akan tetapi, ia merasakan sesuatu yang lain. Ia merasa hatinya amat hangat. Apartemennya tetap bobrok dan sempit, tetapi tiba-tiba itu tak jadi masalah. Tanpa sadar, Peter tersenyum bahagia.

“Selamat pagi,” Marion menyambutnya dengan pelukan. Marion tampak amat bahagia. Ya, kebahagiaan Marion adalah melihat Peter bahagia. Tak heran, pagi itu dan seterusnya semua tampak indah dan membahagiakan buat Marion dan Peter.

Hari itu, Kakek Tom dan Rossy juga mendapatkan kejutan indah. Kamu pasti tahu apa kejutan itu, kan?

(Cerita: Pradika Bestari / Dok. Majalah Bobo)