Hari ini Nona merayakan ulang tahunnya dengan mulut cemberut dan mata sembab. Pesta meriah yang disiapkan Mama tidak berhasil menghibur hatinya. Soalnya papanya sedang tugas ke luar kota dan tidak bisa ikut merayakan.
Suasana hatinya pun tetap buruk saat ia membuka bungkusan kado-kadonya yang warna-warni. Boneka, tempat pensil, syal, dan masih banyak lagi. Uh…tak ada yang menarik! Gerutu Nona dalam hati.
Tiba-tiba pandangan mata Nona terbeliak menatap sebuah kado yang dibungkus sampul cokelat lusuh. Nona membuka kado itu, isinya tas kain bergambar bunga warna merah jambu! Astaga, noraknya!
“Jangan begitu, Nona! Kamu mesti bersyukur, teman-temanmu sudah mau datang. Apa pun hadiahnya, kamu harus terima dengan gembira. Tak bawa hadiah pun tak apa-apa, yang penting mereka mendoakanmu!” nasihat Mama.
“Huuu… mestinya mereka bawa hadiah yang lebih bagus, dong!” gerutu Nona sambil melempar tas itu. Tahun depan hanya teman-teman yang mampu memberi hadiah bagus yang akan Nona undang!
Nona masuk kamar dan terlelap. Tak lama, Nona terjaga. Ia mendengar sesuatu! Nona berjalan menuju pintu. Dia membuka pintu itu sedikit, hei…apa itu?
Dari celah pintu kamar Nona mengintip ke ruang tengah yang luas, tempat tumpukan kado berserakan. Dalam kegelapan malam, Nona melihat seorang perempuan bergaun putih keperakan. Tubuhnya terang berkilauan. Perempuan itu menghampirinya sambil tersenyum.
“Ss…si…siapa kamu?” tanya Nona gemetar ketakutan.
“Aku Peri Ulang Tahun, aku datang setahun sekali menyelinap ke kamar anak-anak yang sedang berulang tahun. Aku akan memberikan hadiah!”
“Hadiah? Sungguh? Aku ingin Papa pulang!” sorak Nona girang. Perasaan takutnya hilang, berubah menjadi rasa senang.
“Akan kukabulkan. Tetapi malam ini kita akan berjalan-jalan. Ayo, ikutlah!”
Peri itu membawa Nona terbang melalui jendela. Terus terbang melintasi atap-atap rumah sampai ke rumah kecil di tepi kota.
Dua anak sedang bercakap-cakap di pinggir jendela yang terbuka. Nona mengenal wajah salah seorang anak itu. Dia Breena, teman sekelas Nona. Tadi sore dia datang ke pesta ulang tahunnya. Sedangkan anak yang satunya lagi ternyata adik Breena.
“Kenapa Kak Breena memberikan tas itu buat Kak Nona? Itu, kan, hadiah ulang tahun kakak dari Ibu?”
“Habis Kakak enggak punya uang untuk beli hadiah ulang tahun Nona. Tas itu barang terbagusku.”
“Berarti sekarang kakak enggak punya hadiah ulang tahun, dong!”
“Tak apa, Cat. Hari ini aku sudah merayakan ulang tahun yang paling indah di rumah Nona.”
“Padahal tas itu bagus sekali! Lagipula tas sekolah Kakak yang cokelat, kan, sudah rusak. Resletingnya tak bisa ditutup, jahitannya banyak yang lepas!”
“Yang penting masih bisa dipakai. Ayo, sudah malam, kita harus tidur!”
Jendela kamar Breena ditutup. Sang peri pun mengantar Nona pulang.
“Selamat ulang tahun!” ucap Peri Ulang Tahun seraya tersenyum. Ia melambaikan tangannya, tubuhnya mulai memudar.
“Tunggu!” pekik Nona. “Katamu kau akan memberikan hadiah ulang tahun yang kuinginkan!”
“Lihat saja besok.”
“Boleh aku bertanya satu pertanyaan lagi?”
“Apa itu?”
“Kau juga akan memberikan hadiah ulang tahun untuk Breena?”
Peri itu hanya tersenyum, lalu terbang dan menghilang. Tiba-tiba Nona merasa amat mengantuk. Ia jatuh tertidur sebelum sempat berpikir apa-apa lagi.
Keesokan paginya...
Terasa ciuman hangat menyentuh kening Nona. Nona membuka mata dan langsung bersorak riang. Papanya pulang! Beliau duduk di tepi tempat tidurnya.
“Papa sengaja pulang hari ini. Habis khawatir kalau kamu ngambek! Ini Papa bawakan hadiah untukmu!” Papa memberikan kado berpita.
Nona membuka kado itu. Isinya sebuah tas yang sangat indah! Nona terperangah.
“Kenapa? Enggak suka ya?” tanya Papa cemas.
Nona menggelengkan kepala.
“Peri itu menepati janjinya!” ucap Nona takjub.
“Peri?” Papa mengerenyitkan alis. Nona mengangguk mantap.
“Pa, kemarin temanku memberi tas buat hadiah ulang tahunku. Ternyata kemarin dia juga berulang tahun. Boleh aku berikan tas ini untuk hadiah ulang tahunnya?”
Papa tersenyum. Sambil mengangguk, diusap-usapnya kepala Nona.
Nona tersenyum senang. Nona yakin, tas itu kado dari sang peri untuk ulang tahun Breena kemarin!
(Cerita: Dwi Pujiastuti / Dok. Majalah Bobo)