Kue Pohul-pohul dari Sumatera Utara yang Wajib Dicoba

By Yomi Hanna, Selasa, 4 April 2017 | 09:08 WIB
Kue pohul-pohul, hidangan saat adat Batak marhusip. (Foto: resepterbaru.com) (Hanna Vivaldi)

Kue pohul-pohul atau yang sering disebut oleh masyarakat Batak adalah itak pohul-pohul. Kue ini adalah makanan ringan khas tradisional Sumatera Utara. Selain rasanya yang enak, ternyata pembuatan kue pohul-pohul ini memiliki tujuan yang baik.

Cara Membuat Pohul-pohul

Pohul-pohul dibuat dari tiga bahan utama, yaitu tepung beras, kelapa parut, dan gula merah. Ketiga bahan tersebut dicampur dan ditambahkan dengan sedikit air masak yang sudah didinginkan.

Setelah semua bahan tercampur dengan baik, ambil sedikit adonan dan dikepal-kepal kuat dengan jari. Sehingga adonan tersebut berbentuk bulat memanjang dengan bentuk jari-jari bekas kepalan tangan tadi.

Inilah kenapa nama kue ini disebut pohul-pohul, diambil dari bahasa batak yang artinya adalah kepalan tangan.

Ada dua acara untuk menyajikan kue pohul-pohul ini, yaitu dibiarkan mentah begitu atau dikukus.

Untuk penyajian pohul-pohul yang mentah, adonan yang sudah dikepal-kepal tadi dapat diletakkan di atas piring kecil dan langsung bisa dimakan. Tetapi ada juga yang menambahkan sedikit santan encer, beberapa butir beras mentah, dan irisan gula aren.

Sedangkan penyajian yang lain adalah dengan mengukus adonan di dalam dandang selama 15 menit sampai matang. Lalu dapat disajikan dan dimakan.

Kue Pohul-pohul dalam Adat Batak

Dulunya pohul-pohul ini sering disajikan dalam acara adat batak marhusip. Marhusip adalah sebuah musyawarah adat persiapan pernikahan sepasang calon pengantin.

Yang ikut di dalam musyawarah ini biasanya adalah raja adat dari pihak perempuan dan pihak laki-laki untuk mencapai kesepakatan adat pernikahan kedua pasang mempelai.

Dalam musyawarah marhusip seringkali terjadi diskusi yang panjang bahkan sampai terjadi keributan suara karena semua pihak memberikan pendapatnya

 Ini terjadi demi mendapatkan kesepakatan yang matang dan sesuai dengan norma-norma adat-istiadat dalam masyarakat Batak.

Keadaan di dalam musyawarah marhusip ini disebut seperti "purpar pande dorpi jumadihon tu rapotna". Yang artinya seperti tukang kayu yang sedang mengerjakan dinding menimbulkan suara gaduh dan ribut untuk menghasilkan dinding papan yang kokoh, rapat dan kuat. (TM Sihombing - 1977).

Makna Pembuatan Kue Pohul-pohul

Makna pohul-pohul jika dihubungkan dengan adat ini ada dua.  Pertama adalah, seperti cara membuat pohul-pohul yang dikepal kuat-kuat sehingga membentuk kue yang tidak mudah hancur.

Ini menggambarkan bahwa perdebatan dan diskusi yang terjadi selama musyawarah marhusip tersebut adalah untuk menghasilkan keputusan yang kuat.

Makna yang kedua adalah pada bekas kelima jari dalam permukaan kue pohul-pohul menggambarkan dua hal. Yaitu jabatan tangan yang berarti tanda kesepakatan dan lima waktu penting dalam budaya Batak (hatihasilima)

Hatihasilima tersebut yaitu:

  1. Saat matahari terbit (poltak mata ni ari)
  2. Pagi hari (pangului)
  3. Tengah hari (hos ari)
  4. Jelang sore (giling ari)
  5. Matahari terbenam (bot ari)

Maksudnya adalah dalam ke lima waktu itu, pihak perempuan dan laki-laki yang akan menikah harus mengingat kesepakatan yang sudah dibuat dan selalu siap untuk saling membantu di dalam persiapan pernikahan.

Pohul-pohul di Masa Kini

Pada masa sekarang, kue pohul-pohul tidak hanya disajikan dalam adat marhusip saja. Kue ini juga banyak dibuat untuk sekadar camilan di rumah dan pesta perayaan berbagai macam acara.

Kalau berkungjung ke Sumatera Utara, jangan lupa untuk mencoba kue yang penuh makna ini ya!