Bayangan dan Kenyataan

By Sylvana Toemon, Senin, 14 Mei 2018 | 10:00 WIB
Bayangan dan Kenyataan (Sylvana Toemon)

"Eh... tidak, Kak Endah," jawab Anik. "Aku sampai tidak mengenali. Kok jualan jamu?"

Kak Endah tersenyum, "Sore hari Kakak kuliah. Jadi pagi hari Kakak jitelan jamu. Lumayan hasilnya. Ayah tidak usah lagi kirim uang untuk biaya kos dan kuliah," Kak Endah menjelaskan. Mereka terus berjalan.

"Untung hari ini jamu lekas habis. Jadi kita bisa langsung pulang!" kata Kak Endah. "Hari ini kamu istirahat saja. Kalau mau kesibukan, Kak Endah sudah sediakan. Besok hari Sabtu, Kakak tidak kuliah. Kita akan pergi ke foto studio dan ke Dufan. Hari Minggu kita akan pergi ke Taman Mini. Hari Senin Kak Endah antar ke stasiun. Dari stasiun Kerawang kamu naik becak saja ke rumah."

Anik lebih heran lagi ketika mereka memasuki gang-gang sempit dengan rumah berdempet-dempet dan kecil-kecil. Akhirnya mereka tiba di rumah kontrakan. Alangkah bedanya dengan apa yang dibayangkan Anik yang dilihatnya dalam foto-foto.

"Kak Endah bukan tinggal di rumah yang ada kolam renangnya? Seperti dalam foto yang Kakak kirim?" tanya Anik.

Kak Endah tertawa.

"Ah, foto itu kan dibuat di rumah teman kuliah Kak Endah. Waktu itu dia ulang tahun. Jadi Kak Endah bantu memasak, sekalian difoto di dapur, di kamar tidur dan dekat kolam renangnya. Kan, Kak Endah tak pernah mengatakan Kakak tinggal di sana. Kamu kecewa, ya?" kata Kak Endah.

"Tidak, cuma terkejut!" jawab Anik.

"Nah, nanti siang Kak Endah kuliah. Kamu diam saja di sini. Nanti Kak Endah sediakan makanan untuk siang dan malam hari. Sore hari Kak Sinta dan Kak Tatik akan menemanimu. Mereka juga kontrak di sini dan Kakak sudah beri tahu kamu akan datang. Teman sekamar Kakak sedang pulang kampung. Makanya kamu Kakak ajak menginap. Kalau Senin sore ia kembali, kamu sudah tak bisa menginap di sini. Tak ada tempat!" Kak Endah menjelaskan.

Lalu Kak Endah mengajarkan Anik membuat bunga kecil dari pita dan mengikatkannya di kawat kecil. Nanti akan dipasangkan daun dan diikat dengan pita. Jadiiah setangkai bunga yang cantik.

"Ini pesanan orang untuk tanda terima kasih pesta pernikahan. Di sini semua orang sibuk, tak ada waktu yang terbuang sia-sia!" kata Kak Endah.

"Kalau begitu, besok dan lusa Kakak membuang waktu untukku!" kata Anik.

Kak Endah tertawa dan berkata, "Oh, itu sesuatu yang istimewa. Menyenangkan adik tersayang sekali-sekali, boleh kan?"

Diam-diam Anik kagum pada kakaknya, walaupun apa yang dibayangkannya jauh berbeda dengan kenyataan. Kak Endah berani bekerja keras untuk mencapai cita-citanya.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna