Bunyi Klok Klok di Jalan Sunyi

By Sylvana Toemon, Kamis, 5 April 2018 | 10:00 WIB
Bunyi Klok Klok di Jalan Sunyi (Sylvana Toemon)

Suara Ibu Rini yang manis masih terngiang di telinga Mia saat ia berjalan pulang.

"Aktingmu bagus, Mia. Kamu sangat menghayati peranmu. Terus kembangkan bakatmu. Siapa tahu kamu bisa jadi bintang sinetron!"

Sekolah Mia akan mengadakan malam kesenian. Kelas Mia akan menampilkan sandiwara Bawang Merah dan Bawang Putih. Petang tadi Mia dan kawan-kawan berlatih di bawah pimpinan ibu guru, Ibu Rini. Mia menjadi Bawang Merah. Ia sangat senang. Duh, alangkah bangganya bila ia bisa seperti Sherina atau Tasya.

Sementara itu jalan aspal yang dilalui Mia tampak semakin kelabu. Jalan itu sangat sunyi. Pohon-pohon besar berbaris di kiri dan kanan jalan. Namun, tiba-tiba Mia mendengar suara aneh. Klok klok... Di kesunyian senja, bunyi itu terdengar jelas. Bunyi apa itu? Jantung Mia berdebar. Ia ingin menoleh, tapi tak berani. Orangkah? Hewankah? Atau...Mia tak berani menyebut kata hantu.

Mia mempercepat langkahnya. Aneh! Bunyi klok klok di belakangnya itu juga semakin cepat. Penasaran, Mia memperlambat langkahnya, satu demi satu bagaikan sedang meniti batu. Yaaa, ampun! Bunyi klok klok itu pun melambat. Seolah sengaja menyamakan irama langkahnya dengan langkah Mia. Penasaran, Mia berhenti. Dan bunyi klok klok itupun berhenti. Mia semakin takut.

Hari sudah semakin gelap. Sekarang Mia menepi, tidak lagi berjalan di atas aspal. Ia berjalan di atas rumput di bawah pohon. Bunyi klok klok klok tidak kedengaran lagi. Mia merasa lega. "Aaah, mungkin tadi aku salah dengar," Mia menenangkan dirinya.

Namun, baru saja ia melangkah  beberapa meter, terciumlah bau bangkai busuk. Astagaaa, rupanya di depan ada bangkai seekor tikus besar. Mia menutup hidungnya dan turun ke jalan aspal lagi.

"Klok, klok, klok..." bunyi itu terdengar lagi mengikuti irama langkahnya.

"Oh Tuhan, lindungilah aku!" Mia berdoa sambil berjalan. la merasa sangat bersyukur ketika melihat sebuah gerobak penjual rokok di bawah pohon.

"Aku akan beli permen di sana, kemudian melihat siapakah yang mengikutiku!" pikir Mia. La mempercepat langkahnya lagi dan bunyi klok klok klok itu juga mengikutinya dengan cepat.

Pak Tua penjual rokok sedang duduk terkantuk-kantuk.

"Pak, Pak, beli permen!" kata Mia sambil menyodorkan uang.