Bunyi Klok Klok di Jalan Sunyi

By Sylvana Toemon, Kamis, 5 April 2018 | 10:00 WIB
Bunyi Klok Klok di Jalan Sunyi (Sylvana Toemon)

Anak laki-laki itu memakai bakiak dan membawa tas kresek hitam. Ia mundur selangkah dan berkata, "Maafkan aku. Aku takut berjalan sendirian di jalan sepi ini. Kata kawanku banyak hantu di sini. Jadi aku mengikutimu!"

"Bohong! Buktinya kamu pakai bakiak supaya bunyi langkahmu aneh!" bentak Mia sengit.

"Tadi aku main sepak bola. Aku terpeleset masuk ke selokan. Sepatu dan pakaianku kotor. Jadi kawanku meminjami aku bakiak dan baju!" anak laki-laki itu memperlihatkan isi tas plastiknya.

Amarah Mia mulai surut.

"Kalau takut, kenapa tidak jalan saja bersamaku? Kenapa jalan di belakang membuntutiku?" desak Mia lagi.

"Kamu, kan, anak perempuan. Aku anak laki-laki. Lagi pula kita belum kenal. Apa kamu mau berjalan bersamaku? Kalau kamu tolak, bagaimana? Kalau aku terus terang bilang takut, kan tidak lucu. Masak anak perempuan lebih berani daripada anak laki-laki! Tapi, kamu hebat, berani jalan sendirian di jalan sunyi ini!" puji anak laki-laki itu. Mia tertawa, lalu mengulurkan tangannya.

"Namaku Bobi," senyum anak lakilaki itu.

"Ayo, kita jalan lagi!" ajak Mia gembira. Sekarang malah ia punya teman berjalan. "Terus terang, aku tadi takut sekali pada bunyi bakiakmu!" kata Mia sambil berjalan.

"Aku juga. Tadi aku sempat berpikir jangan-jangan kamu ini bukan manusia!" kata Bobi. "Habis, kadang-kadang langkahmu cepat, kadang perlahan, kadang berhenti, lalu cepat lagi!'

"Itu karena aku penasaran. Aku ingin tahu, tapi tak berani menengok ke belakang!" kata Mia. Bobi tertawa dan Mia pun tertawa juga.

Kedua anak itu terus berjalan. Bunyi klok klok klok masih terdengar di jalan sunyi itu, namun kini tidak jadi masalah.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna.