Ayam jantan terbahak-bahak
Lihat Inka giginya dua"
"Huahaha...." Kontan saja anak-anak sekelas tertawa terbahak-bahak. Hanya satu orang yang tidak tertawa.
Inka cuma cemberut sebel sambil melihat Arga.
"Arga, kamu nggak boleh seperti itu sama temannya," tegur Bu Isti. "Kekurangan orang lain itu bukan untuk ditertawakan. Coba kamu buat pantun yang lain."
"lya Bu," jawab Arga sambil masih tersenyum-senyum.
Itulah Arga, anak paling bandel di kelas empat. Ada saja ulah usilnya untuk mengganggu teman-temannya, terutama teman-teman perempuan di kelasnya. Siang itu, pulang sekolah, Inka mendatangi Arga dengan wajah cemberut.
“Arga, kenapa, sih, kamu selalu mengejek aku? Memangnya kamu suka kalau diejek?" tanya Inka gusar.
Arga cuma tertawa-tawa. "Aduh...maaf, deh. Kamu marah, ya, In?"
"lya, dong. Habis...kamu nakal. Kamu memang sengaja mengejek aku, kan? Biar anak-anak sekelas menertawakan aku."
"Wa...jangan marah, dong. Aku, kan, cuma bercanda. Eh, katanya marah itu bisa menghambat pertumbuhan gigi lo, nanti kamu giginya dua terus, hahaha..." Arga tertawa. Danto yang berada di dekat Arga juga ikut tertawa.
"Huh! kalian jahat!" teriak Inka. "Aku nggak ngomong lagi sama kalian!" Inka meninggalkan kedua anak nakal itu.