Pisang Lompat Tali

By Sylvana Toemon, Selasa, 10 April 2018 | 10:00 WIB
Pisang lompat tali (Sylvana Toemon)

“Yaaa, Mama! Selalu begitu! Terus, gimana baju olahraganya?”

“Baju ini bagus, Sayang. Pas dengan kulitmu yang putih,” bujuk Mama. Tidak ada pilihan lain. Karena buru-buru, Chessa terpaksa mengambil baju itu.

Yups! Dan itulah yang terjadi. Si pisang lompat tali jadi olok-olokan buat Chessa. Grrrhhh, Chessa pengen marah, tapi enggak bisa! Kalau dia marah-marah, pasti Lica bakal tambah puas.

“Lica, kan, memang suka kayak gitu, Chess. Dia paling suka mencela baju orang lain,” hibur Fio. “Ingat enggak, dengan kasus belalang kupu-kupu?”

Mau tak mau, Chessa tersenyum. Waktu itu, ada ekskul renang. Fio pakai baju renang warna hijau yang sedikit mencolok. Lica mengolok-oloknya dan memanggilnya belalang kupu-kupu.

“Lica perlu diberi pelajaran,” kata Fio.

“Aduuuh, siapa yang tahan, sih, dengan ledekan Lica? Awalnya lucu, tapi lama-lama menyebalkan!” gerutu Chessa.

“Kita kirim Lica ke Pluto aja, deh!” kata Fio kesal. Chessa mengacungkan kedua jempolnya tanda setuju. Tak ada jalan keluar yang masuk akal. Rasanya, semua jalan tertutup batu. Chessa mengerutkan dahinya. Fio memainkan tali-tali bajunya yang berwarna kuning. Kedua anak itu berpikir keras.

“Eh!” tiba-tiba mata Fio membulat.

“Eh, apaan?” tanya Chessa penasaran.

“Kamu beli baju itu di mana, sih?” Fio balik bertanya.

“Mal Taman Bunga. Memangnya kenapa? Jangan bikin penasaran, deh!”