Misteri Rumah di Rawa Kappa

By Vanda Parengkuan, Minggu, 13 Mei 2018 | 13:00 WIB
Waktu saya tanya dia darimana, dia tertawa dan bilang rumahnya tak jauh. Ia selalu menghindari pertanyaan saya. (Vanda Parengkuan)

Saat itu saya baru sadar, kalau anak yang selalu mengunjungi saya itu adalah Kappa, bukan anak manusia.  Sekarang semua misteri itu jadi jelas. Saya jadi takut jika dia melukai si bayi, putra majikan saya. Namun saya ingat, betapa baik dia selama ini. Jadi, saya tidak menceritakan hal ini pada majikan saya, dan menanti apa yang akan terjadi selanjutnya.

Mula-mula tak ada kejadian apapun.  Anak itu tidak datang lagi. Saya jadi kesepian. Namun karena dia bukan manusia, saya lega juga dia tidak datang.

Satu bulan pun berlalu...

Suatu hari, saya naik tangga ke tingkat paling atas rumah, untuk mengambil sesuatu di atap. Tiba-tiba ada yang cipratan air dari atas tangga yang gelap. Saya melihat dengan takut ke sekeliling, tetapi tak ada apapun. Saya tahu, itu pasti ulah Kappa.

Setelah itu, saya sering melihat dia di tangga, di lorong rumah, di kloset, di atap rumah, dan dimana pun sudut rumah itu. Dia selalu muncul tiba-tiba dan sepertinya khawatir membuat saya takut. Saya selalu gugup bisa melihatnya. Saya tidak pernah melihat dia melakukan apa pun karena dia selalu menghilang tiba-tiba. Saya tidak pernah mendapat kesempatan untuk bicara padanya. Akhirnya, saat dia muncul lagi, saya langsung berteriak padanya.

“Kenapa kamu selalu menghilang? Saya ingin bicara padamu!”

Namun ia tertawa dan berkata, “Anak perempuan seperti kamu, pasti takut pada Kappa!” 

Saya jadi kesal padanya. Dia menghina anak perempuan. Saya tidak takut padanya.

Lalu suatu siang, saat saya sedang mengambil air di sumur, tiba-tiba terdengar teriakan ketakutan Bu Shichiro dari dalam rumah. Saya lalu mendengar teriakan marah Tuan Shichiro.

“Apa yang kau lakukan di sini, anak lelaki aneh?!”

Lalu saya mendengar bunyi pintu dibanting dan teriakan Tuan Shichiro lagi.

“Kamu pasti Kappa, siluman air buruk rupa! Aku akan beri pelajaran padamu karena sudah menakut-nakuti istriku!”