Misteri Rumah di Rawa Kappa

By Vanda Parengkuan, Minggu, 13 Mei 2018 | 13:00 WIB
Waktu saya tanya dia darimana, dia tertawa dan bilang rumahnya tak jauh. Ia selalu menghindari pertanyaan saya. (Vanda Parengkuan)

Akan tetapi, suatu hari, terjadi hal yang aneh. Pertama, sumur di rumah Pak Shichiro tidak mengeluarkan air lagi, melainkan lumpur. Pak Shichiro memanggil beberapa tukang untuk membersihkannya.

Akan tetapi, suatu pagi, saat saya pergi ke halaman depan, tampak sebuah kubangan lumpur yang cukup lebar. Padahal tidak turun hujan. Saya berusaha melewati tepian kubangan, namun kaki saya tenggelam sampai ke lutut. Menurut majikan saya, mungkin air dari sungai masuk ke halaman.

Pak Shichiro kembali memanggil tukang dan membuat got di tepian sekeliling halaman rumahnya. Namun percuma saja, karena air tetap memenuhi halaman.   

Suatu malam, terdengar bunyi mengerikan dan seluruh rumah bergetar. Kami kira itu gempa bumi tetapi ternyata tiang penyangga rumah dikelilingi air. Rumah Pak Shichiro tenggelam sekitar satu kaki ke dalam air. Kodok-kodok mulai berbunyi di beranda.

Beberapa hari kemudian, rawa mulai terbentuk di beranda dan tumbuhan air mulai tumbuh. Rawa semakin lebar sampai kami harus berjalan dari rumah ke jalan dengan menyeberangi jembatan kayu.

Jelas ini pembalasan Kappa. Warga desa merasa kasihan pada kami dan menyarankan bagaimana caranya kami minta maaf pada si Kappa. Namun, siluman air itu tidak pernah muncul lagi. Lumpur terus bertambah, sehingga lantai dan dapur mulai basah. Lalu jalan di depan rumah juga banjir sehingga tetangga menjadi takut jika Kappa akan membuat seluruh desa itu kebanjiran.

Penduduk desa akhirnya tak mau lagi bertemu dengan Pak Shichiro dan keluarganya. Saat Pak dan Bu Shichiro mengunjungi mereka, mereka juga tak mau bicara. Penduduk desa lalu melaporkan Pak Shichiro pada Kepala Desa.

Pak dan Bu Shichiro akhirnya tak kuat lagi dikucilkan. Pak Shichiro akhirnya meninggalkan rumah dan membawa keluarganya pindah. Saya tidak tahu mereka pergi kemana, kecuali ke tempat yang jauh dari air.

Setelah mereka pergi, rawa itu berhenti melebar. Namun rumah itu tetap tenggelam. Menurutku, pasti si Kappa tinggal di rumah itu sekarang.

(Dok. Majalah Bobo/ Folklore)  

Ilustrasi: Melani