Suatu hari, Umayyah bin Abdusy Syams menceritakan kisah Madhadh bin Amru Al-Jurhumi yang telah menimbun sumur zamzam. Abdul Muthalib berdoa kepada Allah agar bisa menemukan kembali mata air itu. Ketika Abdul Muthalib tidur di Hijir Ismail (sebelah utara Kaabah), ia berkali-kali bermimpi didatangi seseorang dan disuruh menggali sumur zamzam.
Lokasi sumur tersebut terletak hanya beberapa meter dekat Kaabah, di antara dua tiang yang biasa digunakan untuk men yembelih hewan kurban. Setelah menggali batuan dan pasir, ia menemukan dinding sumur. Dari situ, ia semakin yakin kalau yang sedang ia gali adalah sumur zamzam.
Setelah menggali beberapa meter, ia menemukan barang berharga berupa emas, pedang, dan baju perang dari besi. Setelah ia menggali lebih dalam, akhirnya Abdul Muthalib menemukan mata air zamzam yang memancar dari celah-celah bebatuan.
5. Sumur yang tak pernah kering
Sumur zamzam yang menjadi sumber dari air zamzam adalah sumur yang digali oleh Abdul Muthalib, sang kakek dari Nabi Muhammad SAW. Meskipun sumur tua ini sudah berumur ribuan tahun dan airnya diambil terus menerus untuk kebutuhan jamaah haji dan umrah, namun sumur ini tak pernah kering.
Mata air zamzam menyembur dari beberapa celah batuan dari dinding sumur. Mata airnya mengalir sangat deras dan selalu memenuhi sumur.
Sumur zamzam memiliki kedalaman 30,5 meter dengan lubang sumur berdiametar 1,46 hingga 2,66 meter. Lapisan atas berupa batuan dan pasir. Setelah itu terdapat lapisan batuan berongga di mana mata air zamzam memancar pada kedalaman 13 meter.
Mata air zamzam ini memancarkan 18,5 liter air per-detik atau 40 ribu liter air per-jam. Meskipun airnya setiap hari disedot untuk kebutuhan jamaah umrah dan haji, baik di Mekah maupun Madinah, sumur zamzam tak pernah kering.