Cat Kuku

By Sylvana Toemon, Rabu, 9 Mei 2018 | 02:00 WIB
Cat kuku (Sylvana Toemon)

Sudah sebulan ini Rudi dan Keyla menjadi dokter cilik. Mereka berdua sering diminta membantu untuk mengecek kebersihan sekolah, mengingatkan teman-teman untuk menjaga kebersihan, dan juga mengingatkan untuk memakan makanan bergizi.

“Lihat, warna kukuku bagus, ya,” pamer Runi kepada Naura.

Rudi memandang saudara kembarnya itu dengan kesal. Runi sebenarnya tahu ada peraturan tidak boleh mengecat kuku tetapi ia mengabaikannya. Rudi bertambah kesal karena sebagai dokter cilik, ia adalah orang yang harus menegur Runi.

“Cat kuku ini khusus untuk anak-anak dan bisa dikelupas,” kata Runi sambil memandang ke arah Rudi.

Dengan tegas Rudi menegur Runi. Teguran itu ditanggapi dengan sengit oleh Runi. Kelua anak kembar itu pun bertengkar. Naura tertawa cekikikan melihat kedua bersaudara itu. Kekesalan Rudi makin bertambah melihat jari-jari Naura. Runi dan Naura sama-sama mewarnai kuku mereka.

“Runi, Naura, apa kabar? Aku mencari kalian dari tadi,” panggil Keyla.

Keyla menghampiri kedua temannya itu dengan gembira. Langkah cerianya terhenti saat melihat jari-jari Runi dan Naura.

“Kamu mau menegur kami juga, ya?” tantang Runi.

“Iya. Kalian sudah tahu kalau kita tidak boleh mengecat kuku,” omel Keyla.

“Iya, Bu Dokter. Kami juga akan mencuci tangan, kok,” ledek Runi sambil berlari kecil meninggalkan Keyla. Tinggallah Keyla yang tertunduk sedih.

“Sejak menjadi dokter cilik, sepertinya teman-teman tidak mau bermain denganku,” keluh Keyla.

Rudi hanya terdiam mendengarkan keluhan temannya itu. Dia dapat merasakan kesedihan Keyla. Rudi pun merasa diabaikan oleh Runi, saudara kembarnya sendiri. Mereka bahkan baru saja bertengkar.