Cat Kuku

By Sylvana Toemon, Rabu, 9 Mei 2018 | 02:00 WIB
Cat kuku (Sylvana Toemon)

“Selamat pagi,” sapa Dokter Herman.

“Selamat pagi,” jawab Rudi dan Keyla. Keduanya menjawab dengan sopan namun sama-sama lesu.

“Kalian sudah sarapan?” tanya Dokter Herman lagi.

“Tentu saja. Kami juga sudah siap bertugas untuk menjadi dokter cilik,” jawab Keyla.

“Tugas kita hari ini adalah memeriksa kebersihan kuku teman-temanmu. Kalian pasti bisa,” kata Dokter Herman dengan penuh semangat.

Keyla dan Rudi saling berpandangan. Tugas itu memang tugas yang biasa saja namun terasa berat karena mereka harus menegur teman-teman baik mereka sendiri. Dengan langkah gontai kedua dokter cilik itu berjalan ke kelas mereka. Mereka membawa gulungan poster berisi petunjuk untuk mencuci tangan, gunting kuku, dan juga peralatan mencuci tangan.

Rudi dan Keyla berbagi tugas. Rudi memegang poster, sementara itu Keyla menjelaskan tentang cara mencuci tangan yang baik beserta dengan peragaannya. Setelah itu, wali kelas dan kedua dokter cilik itu memeriksa tangan dan kuku anak-anak di kelas. Apabila ada yang kukunya panjang segera dipotong. Tangan yang kotor segera dicuci.

“Rudi, aku ke lorong yang itu, ya,” ujar Keyla.

Keyla memilih lorong yang jauh dari tempat sahabat-sahabatnya duduk. Ia memang sengaja memilihnya supaya tidak harus menegur mereka.

“Rudi, berarti kamu ke lorong yang sana,” sahut Bu Wati, wali kelas mereka.

“Iya, Bu,” sahut Rudi sambil berjalan pelan ke lorong itu.

Teman-teman sekelas meletakkan tangan di atas meja supaya mudah dilihat. Hampir semua anak bertangan bersih. Bu Wati dan Keyla dapat menyelesaikan tugasnya dengan cepat. Tidak demikian dengan Rudi. Ia sengaja memperlambat pemeriksaan itu supaya tidak bertemu dengan Runi. Namun pertemuan itu tidak bisa dihindari.