Sari teringat pesan kakek dan nenek ketika ia berlibur kemarin. Begini pesannya “Untuk menjadi orang hebat, Sari harus mau jadi gelas kosong ya Nak.” Waktu itu Sari tak mengerti maksudnya gelas kosong. Namun, Sari tidak punya kesempatan untuk bertanya karena sudah dijemput untuk pulang.
“Bu, maksudnya jadi gelas kosong itu bagaimana sih Bu?” tanya Sari pada Ibu.
“Maksudnya?” tanya Ibu kembali.
“Nenek bilang kalau mau jadi orang hebat harus jadi gelas kosong,” kata Sari.
“Oh… jadi…”
Tok tok tok
Tiba-tiba terdengar suara pintu. Ibupun segera menuju ke depan. “Sebentar kita lanjutkan ya Sar,” kata Ibu. Sari hanya mengangguk.
Ternyata yang datang adalah teman SMA Ibu. Mereka pun mengobrol di ruang tengah. Sari tak enak mengganggu obrolan Ibu dan temannya walaupun masih penasaran dengan gelas kosong yang dimaksud.
Keesokan harinya Sari berangkat ke sekolah dengan rasa penasaran yang sama. Ia ingin bertanya pada Bu Ega, wali kelasnya.
“Bu Ega, Sari ingin bertanya tentang gelas kosong,” kata Sari.
“Gelas kosong? Gimana Sari?” tanya Bu Ega.
“Kata Nenek kalau …”
“Bu Ega Bu Ega, Ahmad menangis Bu karena jatuh,” tiba-tiba beberapa anak menghampiri Bu Ega. Sari pun tidak jadi menanyakan karena Bu Ega bergegas menuju Ahmad yang menangis.
Sampai pulang sekolah Sari masih penasaran dengan gelas kosong yang dimaksud nenek dan kakek. Ntah kenapa kata-kata itu ingin Sari mengerti karena selama ini nasehat nenek dan kakek selalu membuat Sari merasa lebih baik.
“Kok anak Ayah bengong?” tiba-tiba Ayah mengagetkan Sari. “Nih, Ayah bawa jus jeruk,” kata Ayah sambil memberikan jus.
“Wah makasih Ayah! Sari sedang bingung,” kata Sari
“Bingung kenapa Sar?” tanya Ayah.
“Nenek bilang kalau mau jadi orang hebat, harus seperti gelas kosong. Maksudnya apa ya Ayah?” tanya Sari.
Ayah tersenyum mendengar pertanyaan Sari.
“Ayo coba habiskan jusnya sampai gelasnya kosong,” jawab Ayah.
Saat itu Sari memang sedang haus sehingga jus itu bisa segera dihabiskan. “Sudah Ayah,” jawab Sari.
“Kalau sudah kosong, bisa diisi jus lagi nggak?” tanya Ayah.
“Bisa dong,” jawab Sari.
“Bisa diisi apa lagi?” tanya Ayah.
“Bisa air putih, sirup, susu. Macam-macam Yah,” jawab Sari.
“Nah, ya itu…” kata Ayah sambil tersenyum.
Sari masih tidak mengerti. Ia hanya bengong memandangi gelas jus nya yang sudah kosong.
“Oh!” kata Sari tiba-tiba.
“Bagaimana?” tanya Ayah.
“Jadi gelas kosong itu maksudnya agar selalu bisa diisi ya Yah? Agar terus belajar, membaca, mendengar, dan lainnya,” jawab Sari.
“Ya betul! Kalau kita seperti gelas kosong, kita bisa selalu diisi, bisa belajar. Nah kalau penuh?”
“Tidak bisa diisi Yah, bahkan tumpah,” jawab Sari.
Sari pun mengerti. Ternyata yang dimaksud dengan gelas kosong adalah keinginan untuk mencari tahu dan belajar tanpa berhenti.
“Gelas kosong juga simbol kerendahan hati,” tambah Ayah lagi.
Cerita oleh Putri Puspita | Bobo.ID