4. Demi keamanan dan agar tidak kesepian saat menembus hutan, sebaiknya berjalan beriringan dengan rombongan kendaraan sejenis. Jangan beriringan dengan truk besar pengangkut barang, karena jalanannya sangat pelan.
5. Tidak ada pom bensin atau penjual bensin eceran di ruas ini. Kalau mau melewati ruas ini, sebaiknya sudah mengisi bensi di Kota Agung atau di Krui.
Meskipun menyandang kartu kuning, melewati jalan raya yang membelah hutan ini membuat kita sadar dan menghargai perlunya hutan.
Lebatnya hutan membuat udara yang kita hirup terasa bersih dan segar. Lebatnya hutan adalah rumah bagi keanekaragaman flora dan fauna khas hutan itu. Yang mengagumkan, saat melewati hutan kita bisa menyaksikan pohon-pohon raksasa masih berdiri tegak.
Ruas Bengkunat – Krui: Kartu Hijau
Ruas ini mendapat status kartu hijau karena jalannya mulus dan nyaris tidak ada tantangannya. Malah di sepanjang jalan ini kita bisa mendengar debur ombak dari pantai laut selatan atau Samudera Hindia.
Mau mampir ke pantai? Mulai dari Sukarame, Napal, Biha, Negeri Ratu, hingga Krui, jalan raya akan melewati pinggir pantaia. Kita tinggal menunggu jalan yang mendekati pantai dan menanyakan kepada penduduk setempat jalan kea rah pantai. Pasti deh dengan senang hati penduduk akan mengantarkan kita.
Sepanjang ruas ini, kita bisa menyaksikan tanah-tanah pertanian nan subur yang digarap oleh para transmigran asal Jawa dan Bali pada zaman dahulu.
Memasuki Biha, jalanan mulai ramai. Dari Biha hingga Krui, kita akan sering berpapasan dengan “bule” yang naik sepeda motor sambil membawa papan selancar. Ya, pastinya mereka sedang mencari ombak yang cocok untuk bermain selancar.
Pantai-pantai yang biasanya untuk selancar, di antaranya adalah Tanjung Setia, Way Jambu, Karang Nyimbor, Pugung Tampak, Pugung Walur, Pugung Penengahan, Labuhan Jukung.
Meskipun jalur ini aman-aman saja, ada baiknya pengendara waspada dengan sapi bali peliharaan warga yang sering diangon dekat jalan raya. Ya, siapa tahu tiba-tiba sapi ini menyeberang jalan.