Hati yang Tulus

By Sylvana Toemon, Minggu, 15 April 2018 | 12:00 WIB
Hati yang Tulus (Sylvana Toemon)

"Tentu saja bisa. Kau harus meneteskan sari mawar kehidupan ke tubuh kakekmu. Pergilah ke arah matahari terbit. Kau akan menemukan mawar kehidupan itu. Tak usah mengkhawatirkan kakekmu. Aku akan menjaganya."

Mercy terbangun dari tidurnya. Ia sangat gembira karena kakeknya dapat disembuhkan.

Keesokan paginya, Mercy berjalan ke arah matahari terbit. Ia membawa bekal secukupnya. Berhari-hari ia berjalan.

Pada suatu hari ia berpapasan dengan pemuda yang kelaparan. Pakaiannya compang camping.

"Boleh aku minta sedikit makanan? Aku sangat kelaparan. Sudah tiga hari aku sakit. Dan tidak bisa bekerja untuk mendapat makanan. Tak ada seorang pun yang mau menolongku," ujar pemuda tersebut.

Mercy menatap pemuda di depannya. Sepertinya ia memang sangat kelaparan. Mercy menjadi iba. Lalu memberikan bekalnya.

"Terima kasih gadis yang baik hati. Kalau boleh tahu, kemana kau hendak pergi?" tanya pemuda tersebut.

Mercy bercerita tentang kakeknya yang sedang sakit. Juga tentang dirinya yang hendak mencari sari bunga mawar kehidupan.

"Yah aku pernah mendengar cerita bunga mawar kehidupan. Bunga itu tumbuh di lembah Alpenia. Berjalanlah menuju matahari terbit. Kudoakan agar kau berhasil menemukannya."

Mercy merasa mendapat semangat baru, walaupun bekalnya habis. Kini ia hanya memiliki sebotol air minum. Namun di tengah perjalanan, ia bertemu dengan sepasang kakek nenek. Si kakek sangat kehausan. Dan si nenek kedinginan. Mercy kembali menjadi iba. Ia memberikan air minumnya pada kakek itu. Dan memberikan mantelnya pada si nenek.

"Kakekmu tentu bahagia memiliki cucu sebaik engkau. Lanjutkanlah perjalananmu. Kau pasti menemukan mawar kehidupan itu," ujar si kakek, setelah Mercy menceritakan tujuan perjalanannya.

Mercy kembali melanjutkan perjalanannya. Akhirnya ia tiba di tepi sungai. Di seberangnya ada sekuntum mawar yang memancarkan sinar keemasan.