Tuan Lanlan yang Takut Ini dan Itu

By Putri Puspita, Selasa, 25 Juli 2017 | 08:00 WIB
Tuan Lanlan. Ilustrasi: pixabay.com (Putri Puspita)

Hujan turun tanpa henti sejak pagi. Semua hewan di hutan berdiam diri di dalam rumah masing-masing. Ada yang memilih tidur, ada yang membaca buku, dan ada juga yang mengobrol.

Tuan Lanlan hanya diam di dekat jendela. Ia memandang hujan yang makin lama makin deras.

“Bagaimana ini? Bagaimana kalau pohonnya rubuh?” katanya panik.

Tuan Lanlan memutuskan untuk menuju rumah Bura, si beruang. Ia ingin berlindung di tempat yang aman.

Bura terkejut melihat Tuan Lanlan yang basah kuyup ketika membuka pintu.

“Ya ampun Tuan Lanlan, kenapa hujan-hujanan?” tanya Bura.

“Aku mau berlindung, aku takut nanti badai, pohon runtuh, lalu menimpa rumahku,” jawab Tuan Lanlan.

Baru saja Tuan Lanlan masuk ke rumah Bura, tiba-tiba hujan berhenti.

“Nah, hujannya sudah reda. Tuan Lanlan tidak perlu khawatir. Nih, sudah aku buatkan teh manis hangat,” ujar Bura.

Tuan Lanlan hanya menatap teh di depannya.

“Ada apa Tuan Lanlan? Teh itu baik untuk kesehatan, lo,” kata Bura.

“Oh iya iya. Aku takut salah minum,” kata Tuan Lanlan.

“Haaah….! Masak iya aku mau buat Tuan Lanlan sakit,” kata Bura.

Sehabis hujan memang jadi saat paling menyenangkan untuk bermain-main. Banyak hewan yang keluar rumah melihat indahnya pelangi dan bermain air hujan.

Hari bermain dengan Bura, Cendan dan Seta pun bermain air sisa yang ada di dedaunan.

“Yuuhuuuuu…” kata Hari, si Harimau sambil menggoyang-goyangkan dahan pohon. Airpun jatuh menimpa hewan-hewan yang menari berputar-putar di bawahnya.

Tuan Lanlan keluar dari rumah Bura dengan wajah panik.

“Awas dahannya patah, nanti berbahaya!” katanya.

Semua hewan lainnya menengok sebentar ke Tuan Lanlan. Lalu, kembali bermain.

“Awas nanti sakit kena air!” seru Tuan Lanlan.

“Tenang saja Tuan Lanlan. Tidak akan terjadi apa-apa, kok,” kata Cendan sambil tersenyum.

“Ayo sini ikut main Tuan Lanlan. Asik, deh!” seru Hari.

“Tidak ah, nanti ….” Bura pun mendorong Tuan Lanlan ikut bermain. Akhirnya ia mereka semua menari mengitari Tuan Lanlan, sambil bermain air cipratan hujan. Semuanya tampak gembira.

“Nah, asik, kan. Tuan Lanlan jangan panik terus, nanti tidak bisa bermain-main, lo!” kata Seta.

“Iya Tuan Lanlan, tidak semua hal kok berbahaya. Jadi, jangan takut terus, yah,” kata Cendan.

“Kalau berbahaya, kami pasti mengingatkan,” kata Bura.

Tuan Lanlan pun tersenyum dan mengangguk. “Haah, aku terlalu sering sekali takut, yah,” kata Tuan Lanlan.

Mereka kembali bermain-main sisa air hujan. Mereka menari, bernyanyi, dan tertawa bersama. Tuan Lanlan pun belajar kalau ia tidak boleh terlalu sering panik karena tidak semua hal itu berbahaya. Lagipula ada teman-teman yang selalu melindunginya.