Piros Naga dan Tiga Prajurit

By Vanda Parengkuan, Sabtu, 5 Mei 2018 | 12:00 WIB
Naga Piros dan Tiga Prajurid (Vanda Parengkuan)

"Teka-teki macam apa itu?"

"Aku akan beri tiga pertanyaan pada mereka. Pertama, daging panggang apa yang akan aku sediakan untuk mereka? Jawabannya adalah daging singa laut dari Laut Utara. Kedua, sendok yang akan mereka pakai itu, terbuat dari apa? Jawabannya, dari tulang rusuk ikan paus. Pertanyaan ketiga, gelas minumannya terbuat dari apa? Jawabannya, dari batu marmer.”

Setelah bercakap, Piros lalu pergi tidur. Si Nenek Naga lalu membuka pintu ruang bawah tanah dan mengeluarkan Gergo.

"Apakah kau sudah mendengar semuanya?”  

“Ya,” jawab Gergo. “Terima kasih atas bantuannya, Nek.”

Gergo lalu keluar lewat jendela, dan berlari kembali ke kastil Naga Merah. Ia menceritakan semua pengalamannya pada Nandor dan Hunor. Kedua temannya itu sangat gembira dan lega. 

Setelah genap tujuh tahun berlalu, Piros kembali ke kastilnya dan bertemu dengan ketiga prajurit itu.

“Aku akan membawa kalian ke bawah tanah. Di sana, sudah aku sediakan hidangan untuk kalian. Tapi kalian harus menjawab tiga pertanyaan ini dulu. Pertama, daging panggang apa yang kusediakan untuk kalian makan nanti? Kalau kalian bisa menjawabnya, kalian akan bebas dan boleh membawa cambuk ajaib pemberianku itu!” ujar Piros.

Nandor langsung menjawab, “Kau akan menyediakan kami daging panggang singa laut dari Laut Utara. Betul, kan?”

Piros sangat kesal mendengar jawaban Nandor yang benar. Buru-buru ia menanyakan pertanyaan ke dua,  “Tapi  sendok apa yang kusediakan untuk kalian?”

“Kau akan memberikan kami sendok dari bahan tulang rusuk paus!”  jawab Hunor.

Piros menggeram semakin marah. Namun ia buru-buru menanyakan pertanyaan ketiga, “Hum, hum, hum… kalian tak akan tahu jawaban pertanyaan ketiga ini. Apa kalian tahu, gelas yang aku sediakan nanti, terbuat dari bahan apa?”

“Aku tahu! Pasti kau akan menggunakan gelas dari bahan batu marmer!”

“Graaaauuuuu… siaaaal…” Piros meraung keras sekali. Ia lalu terbang menjauh dengan marah. Mau tak mau,  ia harus menepati janji yang ia tulis sendiri di kertas perjanjian.

Nandor, Hunor dan Gergo bersorak riang karena terbebas dari Piros. Mereka mengambil cambuk ajaib dan memecutnya ke udara. Keluarnya uang dengan jumlah yang sangat banyak. Mereka menggunakannya untuk membangun desa itu. Piros sendiri tak pernah kembali lagi ke kastilnya di desa itu.

Teks: Rizki