“Uuugh, ada-ada saja! Semoga anak-anak belum pulang,” pikir Taras sambil memencet handphonenya.
Sepuluh menit kemudian, anggota Geng LOTRIA sudah lengkap di rumah Taras. Lathia dan Thalia penasaran dan bergabung dengan mereka. Sesekali Kiria melirik kedua anak kembar itu. Kelihatannya, mereka berdua mengagumi Geng LOTRIA. Kiria sempat ge-er.
“Aku belum tahu, apakah kasus ini ada hubungannya sama rusaknya sepedaku dua hari berturut-turut ini,” kata Taras pada teman-temannya.
“Kita periksa saja dua-duanya!” usul Kiria.
Anak-anak segera menuju ke garasi. Lathia dan Thalia terus mengikuti mereka. Masing-masing anak memperhatikan dengan teliti, siapa tahu ada petunjuk yang tercecer di sana.
“Ini dia!” teriak Ota sambil mencabut peniti di ban sepeda Taras. Anak-anak berkerumun mengamatinya. Peniti kecil itu berwarna kuning emas, seperti peniti bros yang sering dipakai anak-anak perempuan.
“Kok bisa, ada peniti menancap di sini?” gumam Taras.
“Eh, lihat dong!” seru Thalia sambil merebut peniti itu. “Sepertinya aku mengenali peniti itu! Itu kan peniti yang ada di bros Mbak Neny. Jangan-jangan, Mbak Neny yang melakukannya!”
“O iya! Aku juga pernah melihatnya!” dukung Lathia sambil memegang peniti itu juga. “Mbak Neny ke mana sih? Kita tanyai saja dia!”
Anak-anak mencoba mencari Mbak Neny, pembantu rumah Taras. Ternyata
Mbak Neny sedang pergi. Geng LOTRIA, bersama si kembar Thalia-Lathia, beralih menuju ke kebun. Mereka kembali mengamat-amati keadaan di sekitar bunga-bunga yang sedang mekar, mencari petunjuk yang tercecer.
“Ke mana jepit rambutmu yang kanan?” tanya Luna pada Lathia.