"Wik, tidur siang dulu!" saran Ibu.
Triwik menurut. Lagipula matanya sudah lelah dan mengantuk. Triwik masuk kamar dan tertidur. Dia bermimpi tentang peragaan busana hasil rancangannya. Seluruh penonton bertepuk tangan.
Braaakk!!! Miaaaw! Terdengar suara keras dari luar kamar. Triwik melompat kaget dari tempat tidur. Dia segera membuka pintu kamar.
"Ya ampuuun!" Triwik menjerit. Belang, kucing piaraan Abi, melompat ke atas meja. Belang menyenggol gelas berisi air dan menumpahkannya ke atas karton berisi tempelan kain perca.
"Abiiii!!!" Triwik menjewer telinga adiknya.
"Ampun, Kak. Belang enggak sengaja!"
"Sudah! Sudah!" lerai Ibu. "Tugasnya, kan, dikumpulkan minggu depan, masih banyak waktu untuk memperbaikinya!"
Karena jengkel, Triwik tak mengajak Abi bicara selama seminggu.
Walaupun tugas itu sudah Triwik perbaiki. Bahkan lebih bagus dari sebelumnya. Triwik menggambar hiasan bunga-bunga pada sisi-sisi karton. Supaya aman, Triwik menyimpan karton perca itu di laci lemari paling tinggi.
Hari Senin tiba. Triwik masuk sekolah seperti biasa. Hanya kali ini Triwik bangun agak kesiangan, sehingga dia harus berangkat terburu-buru.
"Wik, tugasmu sudah jadi?" tanya Eulis, teman sebangku Triwik.
"Tugas?" Triwik mengernyitkan alis.