Tugas

By Sylvana Toemon, Selasa, 1 Mei 2018 | 10:00 WIB
Tugas sekolah (Sylvana Toemon)

Astaga! Triwik baru ingat. Tugas yang dikerjakannya dengan sungguh- sungguh itu tertinggal di rumah. Karena ditaruh di tempat tersembunyi, Triwik lupa membawanya. Dia tak mungkin kembali ke rumah untuk mengambil karton perca itu. Jarak rumahnya jauh dari sekolah. Rasanya Triwik ingin menangis saja. Apalagi Bu Reni dikenal galak. Yang tidak membawa tugas dihukum di depan kelas.

Ooo... malunya!

"Wik, ada yang nyari kamu, tuh!" tegur Lilo, si ketua kelas. Dia menunjuk ke pintu. Triwik tertegun. Ha? Abi! Abi berdiri di muka pintu kelas sambil melambaikan gulungan karton. Abi mengantarkan tugas Triwik yang tertinggal!

"Abi!" sorak Triwik gembira sambil menyongsong adiknya. Abi tampak kotor dan berkeringat. Napasnya tersengal-sengal.

"Kak, ini tugas perca Kakak ketinggalan! Ibu menemukannya di lemari paling atas. Kata Ibu tugas ini harus dikumpulkan sekarang!"

"Kok, bajumu kotor?"

"He he... Abi jatuh waktu lari. Soalnya Abi takut terlambat mengantarkan tugas ini!"

"Sekarang Abi mau ke sekolah?"

"lya, Abi mau lari sekuat tenaga, biar enggak terlambat!" seloroh Abi.

Triwik menatap haru pada adiknya. Jarak sekolah Abi, kan, jauh dari sekolah Triwik.

"Bi, kamu naik ojek aja! Nih, ongkosnya!" Triwik memberikan beberapa lembar uang ribuan. Uang itu sisa jajannya selama seminggu.

"Asyik, kalau naik ojek Abi nggak bakal terlambat, deh!" gumam Abi. Tiba-tiba Triwik langsung menghambur memeluk adiknya.

"Terima kasih, Bi. Maafkan Kakak!"

"Ih, Kakak! Jangan peluk-peluk dong. Abi, kan, sudah besar! Malu!"

Triwik mengacak-acak rambut Abi, "Pulang sekolah tunggu Kakak, ya. Nanti Kakak traktir, deh!" janji Triwik.

Abi tersenyum gembira, Kak Triwik sudah tak marah lagi padanya.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Dwi Pujiastuti.