Hitam dan Putih

By Sylvana Toemon, Senin, 9 April 2018 | 12:00 WIB
Hitam putih (Sylvana Toemon)

Pada zaman dahulu, di Sulawesi, terdapat tiga pulau kecil yang berdekatan letaknya. Pulau-pulau itu adalah Pulau Melong, Pulau Maitung, dan Pulau Tako. Di antara ketiga pulau tersebut, Pulau Melonglah yang paling subur. Pohon kelapa berjajar di sepanjang pantai. Hutannya lebat ditumbuhi pohon mangga, pohon jeruk dan pohon pisang.

Di Pulau Melong, tinggal rakyat kera putih. Mereka dipimpin oleh seekor kera betina bernama Ratu Uala. Ratu Uala sangat cantik dan baik hati. Dalam menjalankan tugas, ia dibantu penasihatnya yang bijaksana, yaitu seekor kera tua bernama Opo Ot. Rakyat Pulau Melong hidup bahagia dan makmur. Tanpa perlu bekerja keras, mereka sudah mendapatkan makanan. Tetapi... ini menyebabkan rakyat Pulau Melong menjadi pemalas. Sehari-hari, mereka hanya menyisir bulu-bulu mereka.

Di pulau itu juga, hidup beberapa ekor kera hitam. Mereka adalah pengungsi dari Pulau Maitung yang tandus. Berlainan dengan kera putih yang hanya tahu memetik buah dan menebang pohon, kera-kera hitam ini sangat rajin bekerja. Tanah yang kosong mereka tanami dengan aneka pohon. Ratu Uala diam-diam memuji kerajinan mereka. Sayang, kera-kera putih malah mengejek mereka.

“lih... bulunya hitam!”

“Mungkin karena tidak pernah mandi. Ha ha ha,” ejek kera-kera putih.

Mereka sama sekali tidak mau berkawan dengan kera hitam. Kera hitam bahkan tidak boleh ikut dalam pesta pemetikan buah. Juga dilarang mandi di sungai tempat kera putih mandi.

Pada suatu hari, seekor kera putih berlari-lari menuju Pohon Istana, tempat tinggal Ratu Uala.

“Celaka, Ratu! Tadi hamba bertemu Merpati Putih. la membawa berita buruk. Kabarnya, kera-kera Pulau Tako akan merampas pulau kita!” ujar kera itu ketakutan.

“Mana mungkin! Kera-kera Pulau Tako, kan, berbulu putih juga. Mereka tak akan menyerang kita!” ucap Ratu.

“Tetapi, Ratu, musim kemarau tahun ini sangat panjang. Semua hutan mereka menjadi kering. Hanya hutan kita yang tetap subur. Jadi, mungkin mereka menginginkan pulau kita!” kata kera itu lagi. Ratu Uala berpikir sejenak. Kecemasan mulai terlihat di wajahnya.

“Apa yang harus kita lakukan untuk mempertahankan Pulau Melong?!” pikir Ratu Uala. Kera-kera pulau Melong tidak pandai berkelahi.

Ratu akhirnya memanggil Opo Ot, si penasihat yang bijaksana.