“TAK TAK TAK...” Une menepuk kerangnya.
Putri heran melihatnya. Belum hilang herannya, tiba-tiba...
“Whuss...” muncullah seekor camar dan kijang bertanduk ukir.
“Ini Marla si camar laut. Dan, Randu, kijang bertanduk ukir. Keduanya hewan ajaib peliharaanku. Kau adalah sahabat karibku. Jadi, kuberikan Marla dan Randu untukmu sebagai kenangan. Tanda persahabatan kita!” Une menyerahkan sepasang kerang hijaunya.
“Kalau kau mengalami kesulitan, tepukkan dua kerang hijau itu, Marla dan Randu pasti akan muncul membantumu,” ucap Une.
Giliran Putri Masadada yang kini terharu. Mereka berdua lalu berjanji untuk menjadi sahabat seumur hidup. Hari-hari pun berlalu.
Tanpa terasa, sepuluh tahun lewat sudah. Putri Masadada beranjak dewasa. Walau demikian, ia tak pernah melupakan Une dan tetap menyimpan sepasang kerang pemberiannya.
Suatu hari, ayahanda Puteri Masadada mendapat kabar buruk. Menurut Opo Maitung, Raja Gorolang, si penguasa laut, marah besar. Ia bermaksud membunuh ayahanda Putri Masadada dan memusnahkan seluruh penduduk kerajaan itu. Raja Gorolang terkenal sangat perkasa. Ia punya sepasukan naga laut. Ayahanda Puteri sangat bingung dan risau. Ia tak tahu apa kesalahannya.
““Sebaiknya, Baginda Raja bersembunyi di pulau lain. Biarlah rakyat memilih raja baru di kerajaan ini. Mudah-mudahan kemarahan Raja Gorolang bisa surut. Rakyat pun dapat diselamatkan!” nasihat Opo Maitung.
Putri Masadada sedih melihat kesedihan ayahandanya. Ia tak menyangka Opo Maitung tega memberi nasihat seperti itu. Tiba-tiba, ia teringat pada hadiah pemberian Une.
“Une satu-satunya sahabatku. Ia pasti mau menolongku!” pikir Puteri. Ia segera mengambil sepasang kerangnya. Lalu, memukulnya.
TAK TAK TAK! WHUSS!!!