Panti Wreda

By Sylvana Toemon, Rabu, 21 Maret 2018 | 05:00 WIB
Panti wreda (Sylvana Toemon)

Pagi itu ada yang berbeda di rumah besar Datuk. Di terasnya ada koper-koper tua yang disusun rapi. Datuk duduk di sampingnya sambil membaca koran.

“Ini koper-koper yang di kamar Datuk, kan?” tegur Rudi.

“Datuk mau pergi, ya? Mau ke mana?” tanya Runi ingin tahu.

“Datuk mau mengunjungi teman-teman lama,” jawab Datuk dengan wajah gembira.

“Wah, pantas saja Datuk senang sekali wajahnya,” ujar Rudi.

“Kalian ikut mengantar, yuk, ke tempat teman-teman Datuk,” ajak Datuk.

Tin! Tin! Terdengar bunyi klakson mobil. Mobil yang akan mengantarkan Datuk sudah datang. Pengemudinya segera turun untuk membantu mengangkat koper-koper Datuk yang antik. Kedua anak kembar itu bersama Datuk dan Bu Dini kemudian duduk di dalam mobil. Runi dan Rudi tertidur dalam perjalanan yang cukup jauh itu.

“Lo, ini di mana?” tanya Rudi ketika terbangun.

Rudi melihat ke sekeliling. Ada taman-taman yang asri dengan bunga-bunga berwarna cerah. Melihat kekaguman Rudi, Bu Dini membuka jendela. Dari celah jendela yang terbuka itu berhembus angin pegunungan yang sejuk. Sejuknya berbeda dengan alat pendingin udara yang ada di mobil. Runi terbangun saat angin sejuk itu mengenai wajahnya.

“Wow, sejuknya!” seru Rudi sambil mengagumi pemandangan sekitar.

Tak lama kemudian, Runi pun melakukan hal yang sama. Kedua bersaudara itu bergantian menyerukan kekaguman melihat alam pegunungan di sekitar mereka. Tak terasa mereka tiba di sebuah bangunan.

“Nah, ini dia tempat teman-teman Datuk. Ayo kita turun,” ajak Datuk.