“Buat apa? Memangnya, dia tidak diberi uang?” tanya Ota.
“Entahlah. Mungkin dipakai berfoya-foya sama Kak Ramon,” tebak Taras.
“Oke. Kita selidiki ketiganya!” sahut Kiria tak sabar. Kiria memang selalu tak sabaran, apalagi kalau menemukan kasus menarik.
Keempat anak itu bersepeda menuju rumah Bu Silvia. Bu Silvia memang sudah mempercayakan kasusnya untuk ditangani Geng LOTRIA. Bu Silvia tidak mau melaporkannya ke polisi karena harga anggreknya tidak terlalu mahal. Tetapi, nilai kenangannya yang mahal. Jadi, dia harus menemukannya.
Setelah berbasa-basi sebentar dengan Bu Silvia, anak-anak bertemu Pak Hamid. Pak Hamid sudah menduga kalau dirinya akan ditanyai. Dia merasa sebagai salah satu orang yang tahu kalau Bu Silvia punya koleksi anggrek hitam.
“Sorenya, saya masih menyiraminya. Saya baru saja memuji beberapa bunganya yang sedang mekar. Eh, kok, malamnya hilang. Saya baru tahu keesokan hari, waktu Bu Silvia menanyai saya.”
“Malam itu, Pak Hamid enggak melihat sesuatu yang mencurigakan?” selidik Taras.
“Malam itu saya tidak tidur di rumah Bu Silvia. Setelah membereskan kebun sore hari, saya langsung ke rumah sakit menunggui ibu saya yang sakit. Saya baru pulang ke rumah Bu Silvia lagi keesokan harinya.”
“Sama siapa Pak Hamid menunggui di rumah sakit?”
“Sendiri. Tetapi, kalau kalian ingin saksi, saya sempat ngobrol dengan papanya Luna yang sedang tugas. Kebetulan, ibu saya memang pasien beliau.”
Waktu Luna dan Ota bertanya pada papa mereka, ternyata memang benar. Papa Luna yang menangani pembedahan ibu Pak Hamid. Sepertinya, Pak Hamid tidak akan punya waktu untuk mencuri anggrek-anggrek itu.
Penyelidikan dialihkan kepada Bu Nanet. Rumah Bu Nanet hanya beberapa blok dari rumah Bu Silvia. Bu Nanet sedang menyiram koleksi tanamannya ketika anak-anak berkunjung.