Bekal Makan Siang

By Sylvana Toemon, Sabtu, 5 Mei 2018 | 11:00 WIB
Bekal makan siang (Sylvana Toemon)

Taras memandang berkeliling. Dilihatnya pegawai kantin yang berbaju merah melihat sepintas ke arahnya. Tetapi, dia segera sibuk dengan pengunjung yang lain. Kebetulan, dia memang tidak mendapat jatah untuk melayani meja Taras. Deretan meja Taras hanya dilayani oleh pegawai berbaju biru.

“Kamu yakin, tidak salah membawa bekal?” tanya Luna.

“Tentu saja tidak! Mamaku yang mengisinya. Harusnya, kotak itu berisi nasi rendang dan brokoli.”

“Kak Taras tidak melihat sesuatu?” tanya Ota.

Sejak tadi Taras duduk di situ. Mestinya, dia melihat kalau ada anak yang menukar isi bekal Edna. Pikir Ota. Sayang, Taras menggeleng. Kebetulan, posisi duduk Taras memang menghadap ke meja Edna. Tetapi, dia terlalu sibuk ngobrol dan bercanda dengan teman-temannya, sehingga tidak memerhatikan meja Edna.

“Mungkin enggak, kalau isi bekal itu sudah ditukar sejak kamu belum ke kantin? Di kelas, misalnya,” tanya Kiria.

Edna mengangkat bahu. “Aku tidak memeriksanya. Bekal itu kumasukkan ke dalam tas bekal dan kutaruh di laci meja bersama tas sekolahku.”

“Kamu sempat meninggalkannya?” tanya Taras. Edna mengangguk. “Waktu istirahat pertama dan kedua.”

“Ada anak yang tinggal di kelas?” tanya Kiria.

“Aku tidak keluar selama istirahat,” sahut Taras.

Ketika mereka asyik berdiskusi, pegawai kantin berbaju biru menegur Edna, “Mejanya sudah selesai? Ada anak lain yang mengantre!”

Edna membuang tomat-tomat busuk itu ke tempat sampah, menutup kotak bekalnya, lalu memasukkannya ke dalam tas bekal. Sebelum pergi, Edna sempat berbisik, “Selesai makan, kutunggu di sana, ya?” Edna menunjuk deretan bangku di taman sekolah. Taras mengacungkan jempol tanda setuju.