Pangeran di Dalam Tungku Besi (Bag.1)

By Vanda Parengkuan, Senin, 14 Mei 2018 | 04:00 WIB
Pangeran di dalam Tungku Besi (Vanda Parengkuan)

Putri penggiling gandum segera pulang dan menghadap Raja Gustel. Ia menceritakan bahwa suara di dalam tungku meminta Putri Luana untuk datang.

Raja Gustel kembali cemas. Ia lalu meminta anak perempuan dari gembala kerbau untuk menggantikan Putri Luana. Anak perempuan ini lebih cantik dari anak penggiling gandum.

Keesokan harinya, putri dari gembala kerbau ini diantar ke hutan oleh pengawal Raja Gustel. Seperti putri penggiling gandum, ia pun mulai mengerik dinding tungku besi dari siang sampai malam, sampai pagi lagi.

Saat putri gembala kerbau masih mengerik, terdengar suara dari dalam tungku,

“Sepertinya, hari sudah pagi di luar sana…”

Anak gadis dari gembala kerbau itu menjawab, “Ya, hari sudah pagi. Sepertinya, aku mendengar bunyi terompet tanduk milik ayahku untuk mengumpulkan kerbau…”

"Jadi, kau adalah putri dari gembala kerbau? Kalau begitu, pulanglah segera. Katakan pada Putri Luana untuk segera datang! Katakan padanya, putri sejati tak akan mengingkari janji,” kata suara dari dalam tungku dengan sedih.

Putri gembala kerbau segera pulang dan menghadap Raja Gustel. Ia menceritakan segala yang diucapkan suara sedih di dalam tungku tadi.

Saat Putri Luana mendengarnya, ia mulai menangis dan tidak tega. Ia lalu mengambil keputusan untuk menepati janjinya. Ia meminta restu dari ayahnya, mengambil pisau, lalu pergi ke hutan tempat tungku besi itu berada. Raja Gustel hanya menatap cemas kepergian putrinya yang tidak dapat ia cegah lagi.

Setiba di tungku besi, Putri Luana mulai mengerik dinding tungku besi. Dan baru satu jam berlalu, terbentuklah sebuah lubang kecil di tungku itu. Putri Luana mengintip ke dalamnya. Ia sangat terkejut dan gembira ketika melihat seorang pemuda tampan yang dikenalnya. Itulah Pangeran Leon, calon tunangannya.

Putri Luana semakin bersemangat mengerik dinding tungku besi itu. Beberapa saat kemudian, dinding tungku itu retak dan pecah. Pangeran Leon pun bisa keluar dari dalam dengan wajah ceria.

“Terimakasih, Luana. Kamu memang putri sejati, calon istriku yang hebat. Kamu telah membebaskan aku,” puji Pangeran Leon. Ia lalu mengajak Putri Luana untuk segera pergi dari hutan itu. Bukan ke kerajaannya, bukan pula ke kerajaan Putri Luana, karena kekuatan sihir si Penyihir Tua belum hilang. Namun Putri Luana berkata,