Para pelayan lain mendengar tangisan Putri Luana.
“Siapa sebenarnya pelayan baru itu?” bisik-bisik pada pelayan.
Di malam hari berikutnya, Putri Luana memecahkan kacang kedua. Dan dari dalamnya, keluarlah sehelai gaun berwarna perak. Betra lagi-lagi menginginkan gaun itu. Sebagai gantinya, ia kembali mengijinkan Putri Luana duduk di depan pintu kamar Pangeran Leon.
Kali ini, Betra juga memasukkan ramuan tidur di minuman Pangeran Leon, sehingga malam itu sang pangeran kembali tertidur nyenyak. Ia samasekali tidak mendengar tangisan Putri Luana sepanjang malam di depan pintu.
“Pangeranku… Aku telah membebaskanmu dari tungku besi yang tertutup akar-akar menjalar. Aku telah mencarimu, mendaki gunung kaca, melompati pedang-pedang tajam, dan menyeberangi danau. Apakah kau bisa mengenal suaraku?”