Malam itu, Pangeran Leon rupanya tidak meminum minuman dari Betra. Ketika mendengar tangis Putri Luana, kekuatan sihir Penyihir Tua dan Betra lenyap seketika. Pangeran Leon langsung mendobrak pintu dan berseru,
“Luana…. Kau yang telah membebaskan aku dari tungku besi Penyihir Tua. Kaulah putri sejati. Kau calon istriku…”
“Pangeranku… syukurlah, kau akhirnya mengenal aku…” seru Putri Luana. Mereka berpegangan tangan dan menangis terharu.
Malam itu juga, keduanya lari dari puri penyihir Betra. Putri Luana tak lupa membawa jubah ajaib Betra sehingga penyihir itu tak bisa mengejar mereka. Pertama, mereka naik perahu dan menyeberangi danau. Pangeran Leon lalu memakai sepatu ajaib dan melompati tiga pedang tajam sambil menggendong Putri Luana. Ia juga mendaki dan menuruni gunung kaca dengan bantuan jarum ajaib di sepatunya. Sementara Putri Luana bergelayut di punggungnya.
Beberapa saat kemudian, mereka sampai di rumah tua kecil milik keluarga Kakek Katak. Ketika Pangeran Leon dan Putri Luana masuk ke pintu rumah itu, terjadilah keajaiban. Seketika, rumah mungil itu berubah menjadi istana yang sangat besar. Semua katak berubah menjadi anggota keluarga kerajaan. Kakek Katak ternyata raja di istana itu.
Pangeran Leon dan Putri Luana pun melangsungkan pernikahannya di istana yang sangat besar itu. Tentu saja Putri Luana tak lupa menjemput ayahnya, Raja Gustel. Betapa gembira dan leganya Raja Gustel melihat putri kesayangannya selamat dan bahagia.
Tamat
(Diadaptasi dari dongeng Eropa, oleh L. Olivia / vp)
Dok. Majalah Bobo ©