“Ini pasti mantel milik seorang pemburu,” Mew menyentuh kulit serigala itu.
“Pemburu? Hiii...” Ram bergidik ngeri.
“Kita harus segera pergi, mungkin saja pemburu itu tidak jauh dari sini!” bisik Ram.
“Ya, ya!” kata Mew tidak peduli, “Tapi kita harus membawa kulit serigala ini, siapa tahu kita memerlukannya,” kata Mew. Mew mengambil kulit serigala itu, dan meletakkannya di atas punggung Ram.
Tidak terasa, hari sudah mulai gelap. Mew dan Ram memutuskan untuk mencari tempat bermalam. Di saat itu, mereka melihat secercah cahaya di kejauhan. Karena penasaran, mereka pun berjalan ke arah cahaya itu. Namun ternyata, itu adalah sarang serigala. Mereka melihat ada 12 ekor serigala duduk mengelilingi api unggun.
Mew memberi isyarat untuk berjalan perlahan agar tidak ketahuan. Namun, Ram malah menginjak sebatang ranting kering. KREK! Sekejap, semua mata serigala tertuju kepada Mew dan Ram. Mew hanya bisa menggeleng, dan Ram hanya bisa menggigil ngeri. Tidak ada jalan keluar.
“Halo, saudaraku, serigala-serigala gagah! Apa kabar?” teriak Mew ramah.
“Kami sangat baik, Kucing, dan sangat lapar!” kata seekor serigala yang paling besar. “Apa kau ingin menjadi hidangan makan malam kami?” tanyanya lagi.
Ram kembali menggigil, mulai menggigit kuku-kuku jarinya.
“Oh, tentu tidak sobatku!” kata Mew tenang. “Kami adalah pedagang! Tepatnya, kami berdagang mantel. Aku dan kawan kambing gunungku ini mempunyai mantel dengan kwalitas nomor 1 di negeri ini. Sangat cocok sebagai pelindung dingin di malam hari. Kalian ingin melihatnya?” kata Mew.
“Oh, tentu! Tapi setelah itu, biarkan kami menyantapmu!”
Mew mengambil kulit serigala dari punggung Ram, dan menebarkannya di depan para serigala.