“Inilah kuda pilihanku!” ujar Ivan Banteng sambil mengeluarkan kuda itu dari gudang.
Ketiga Ivan lalu menunggang kuda melintasi tanah lapang yang luas. Mereka tiba di sungai Smorodina yang memiliki jembatan batu.
“Ayo, kita bangun tenda dan bermalam di sini,” kata Ivan Banteng.
Mereka membangun tenda di sebelah kanan jembatan, dan mengundi untuk menentukan siapa yang akan berjaga malam itu. Pada malam itu, Pangeran Ivan lah yang mendapat giliran jaga malam.
Pada malam harinya, Ivan Dayang dan Ivan Banteng tidur di dalam tenda, sementara Pangeran Ivan berjaga di dekat jembatan. Sementara itu, Ivan Banteng ternyata tidak bisa tertidur. Ia sudah mencoba segala cara, namun usahanya sia-sia.
“Lebih baik aku melihat keadaan Pangeran Ivan sekarang,” pikir Ivan Benteng.
Ivan Banteng pun berjalan ke arah jembatan batu. Ia menggeleng kecewa saat melihat Pangeran Ivan sudah tertidur nyenyak. Ia mendengkur sangat keras hingga membuat jembatan batu di dekatnya bergoyang.
Ivan Banteng baru akan membangunkannya, ketika ia melihat ada makhluk yang besar di ujung jembatan. Ternyata itu naga besar berkepala tiga yang menunggang kuda. Semula, kuda itu melangkah gagah. Namun, tiba-tiba kuda itu tertunduk lemas.
“Kenapa kamu lemas, kudaku yang perkasa?” seru Naga Kepala Tiga.
“A… aku sangat takut...” jawab kuda itu terbata-bata.
Naga Kepala Tiga meraung sambil tertawa, “Apa yang kamu takutkan? Hanya satu makhluk di bumi ini yang harus kita takuti! Si Ivan Banteng!”
“Itu aku!” teriak Ivan Benteng menggelegar. Ia langsung menghampiri Naga Kepala Tiga dan menyerang dengan pedangnya. Dalam waktu singkat, Naga Kepala Tiga pun berhasil dikalahkan. Ivan Banteng menyelamatkan kedua saudaranya pada malam itu. Ia membiarkan kuda milik si naga berlari pergi dengan bebas.