Di pagi harinya, Ivan Banteng bertanya kepada kedua saudaranya, “Kenapa kalian tidak melepaskan kudaku? Padahal, dia sudah menghentakan kakinya sangat kencang tadi malam.”
Mendengar perkataan Ivan Benteng, mereka berdua sangat terkejut.
“Kami tidak mendengar apapun tadi malam. Malam itu benar-benar sunyi. Kami bahkan tidak mendengar sehelai daun pun jatuh,” kata mereka.
Ivan Banteng lalu mengajak kedua saudaranya ke jembatan batu. Ia lalu menunjuk ke tiga ekor naga yang tergeletak di sana. Naga Kepala Tiga, Naga Kepala Enam, dan Naga Kepala Sembilan. Ia pun menceritakan semua yang sudah terjadi. Pangeran Ivan dan Dayang Ivan sangat takjub dan berterimakasih pada Ivan Banteng.
Setelah kejadian itu, mereka pun melanjutkan perjalanan kembali. Mereka berkuda, dan terus berkuda, hingga tiba di sebuah rumah kayu yang sangat besar.
Mereka mengetuk sebuah papan kayu oak yang ada dinding rumah yang tampak aneh itu. Rumah itu tidak memiliki pintu dan jendela. Semuanya terdiri dari sususan batu dari bawah sampai ke atap rumah.
“Kalian lanjutkan saja perjalanan, aku akan melihat sekeliling rumah ini,” kata Ivan Benteng.
Kedua saudaranya akhirnya melanjutkan perjalanan. Sementara Ivan Banteng memanjat rumah itu melalui batu-batu yang sudah tersusun. Ketika tiba di atap, ia mengintip ke dalam rumah lewat cerobong asap.
Ternyata, itu adalah rumah dari ketiga naga yang sudah ia kalahkan. Di dalam rumah, tampak ketiga istri dari naga-naga mengerikan itu. Dengan hati-hati, Ivan Banteng mendengar percakapan mereka. Ketiga istri naga itu ternyata sedang mengadu kepada seorang penyihir tua. Dan penyihir tua itu ternyata adalah ibu dari ketiga naga itu.
Istri Naga Kepala Tiga berkata, “Ibu Mertua, Ivan Banteng sudah membunuh suamiku, yang juga anakmu.”
Penyihir Tua itu menjawab, “Kamu tidak bisa menghidupkan suamimu lagi. Tapi, kau bisa membalas perbuatan Ivan Banteng. Di tengah tanah lapang yang luas, ubahlah dirimu menjadi sebuah kasur bulu yang lembut. Pada saat Ivan Banteng menghempaskan tubuhnya, dalam sekejap ia akan terbakar menjadi abu!”
Istri Naga Kepala Enam lalu berkata, “Ibu Mertua, Ivan Banteng juga sudah membunuh suamiku, yang juga anakmu.”