“Dulu, waktu Paman seumuran dengan kamu, Paman juga melakukan hal yang sama. Percaya tidak?” tanya Paman Kitti.
Jim tampak kebingungan.
“Maksud Paman, berpura-pura menjadi kapten kapal, menjelaskan tempat wisata, dan yang pasti duduk di sebelah pramuwisata,” kata Paman.
Hahahaha mereka pun tertawa bersama.
“Paman, aku sangat ingin jadi Pramuwisata. Bisakah?” tanya Jim.
“Bisa, Paman pun memulainya dari keinginan sejak kecil,” jawab Paman Kitti.
“Lalu?” Jim menunggu penjelasan Paman Kitti.
“Dulu itu, Paman senang sekali bermain di sungai ini, mengamati satu per satu wisatawan yang datang. Mereka senang sekali. Paman juga melihat banyak pramuwisata yang menjelaskan berbagai hal tentang Bangkok sampai membuat wisatawan tersebut begitu terkesan,” jawab Paman Kitti.
Paman Kitti berhenti sebentar. Lamunannya terbang ke masa kecilnya. Saat ia bermain-main di perahu, membantu wisawatan dengan sukarela, dan banyak lagi lainnya.
“Lalu Paman?” Jim bertanya lagi.
“Paman berusaha, sekolah, belajar bahasa, ikut pelatihan. Dan, akhirnya bisa menjadi seperti sekarang,” jawab Paman.
“Waaah… panjang sekali perjalananya, ya, Paman,” kata Jim.
“Kalau kamu mau hebat, tentu butuh proses. Tapi jika kamu senang, prosesnya akan mudah,” jawab Paman.
Jim mengangguk. Dalam dirinya semakin yakin bahwa ia ingin menjadi pramuwisata seperti Paman Kitti.
“Baik Paman, aku akan berusaha!” kata Jim.
Paman Kitti mengangguk. Ia memberikan Jim sebuah buku saku kecil dan pulpen.
“Catat apa yang kau lihat dan kau dengar di sekitar sungai ini. Nanti pasti akan berguna,” kata Paman.
“Baik!” jawab Jim penuh semangat.
Pertemuan sore ini di Sungai Chao Phraya sangat berkesan untuk Paman Kitti dan Jims. Paman Kitti seperti teringat masa kecilnya dulu dan bersyukur bisa meraih cita-citanya. Lalu, Jims bisa menemukan semangat untuk meriah cita-citanya.
Cerita: Putri Puspita | Bobo.ID