Rosemary adalah seorang anak perempuan yatim piatu. Ayah dan ibunya tidak meninggalkan apa-apa, kecuali pondok kecil tempat mereka tinggal. Itu sebabnya, dari waktu ke waktu, Rosemary harus mencari uang dan mengurus dirinya sendiri.
Rosemary menggembalakan angsa milik tetangga-tetangganya agar mendapat upah untuk membeli makanan dan kebutuhan lainnya. Setelah dewasa, Rosemary menjadi gembala kawanan domba milik seorang bangsawan kaya.
Setiap hari, Rosemary menggiring kawanan domba itu ke padang rumput di lereng gunung. Bangsawan kaya itu membangun kandang ternak di dekat padang rumput itu agar ternaknya mudah mendapat makanan. Ia juga membuat pondok kecil untuk Rosemary, agar gadis itu bisa selalu mengawasi ternaknya.
Suatu hari, seperti biasa, Rosemary membawa domba-domba majikannya ke padang rumput di lereng gunung. Saat itu, ia melihat dua orang kakek berjalan ke arahnya. Yang satu berkacamata, yang satu berjanggut. Kedua kakek itu berjalan dengan dibantu tongkat.
“Selamat pagi, gadis baik. Hari ini, cuaca sangat indah… ” sapa kedua kakek itu.
Rosemary sangat gembira karena disapa dengan ramah. Selama ini, hampir tak ada orang yang mengajaknya bicara. Rosemary lalu mengundang kedua kakek itu ke pondoknya.
“Istirahatlah sebentar di pondokku, Kek,” kata Rosemary ramah. “Kakek berdua pasti sudah lelah berjalan. Aku jadi heran. Mengapa Kakek tidak mengajak cucu? Dan kenapa tidak mendongeng saja untuk cucu di rumah? Malah berjalan di lereng gunung dengan cuaca panas begini,” ukar Rosemary heran.
“Kau gadis yang baik,” kata kakek berjanggut.
“Kami ini bukan orangtua yang beruntung. Kami tidak punya anak laki-laki, atau anak perempuan seperti kamu yang bisa mengurus kami,” kata kakek berkacamata.
Rosemary jadi iba pada mereka.
“Aku mau saja mengurusi kakek berdua. Karena aku sudah lama sendirian di dunia ini. Aku memang agak sibuk, menggembalakan domba bangsawan majikanku. Tapi kalau kakek berdua mau tinggal di sini, aku akan merawat kalian dengan baik,” janji Rosemary.
Kedua kakek itu serempak menggelengkan kepala.