Raja Pohon Maple

By Vanda Parengkuan, Senin, 12 Maret 2018 | 13:15 WIB
Raja Pohon Maple (Vanda Parengkuan)

“Istriku, lihatlah!” seru Pak Boris girang.

Ia dan istrinya segera menggali kendi itu dan membawa pulang semua koin emas di dalam kendi itu ke rumah.

Dalam sekejab, mereka menjadi orang kaya di desa itu. Mereka membangun rumah yang lebuh besar, membeli peternakan, dan mempunyai beberapa pelayan. Kini mereka tak perlu susah payah bekerja lagi.

Kemujuran mereka bukan itu saja. Tak lama kemudian, kepala desa meninggal dunia. Penduduk desa harus memilih kepala desa yagn baru. Akhirnya, mereka sepakat memilih Pak Boris, karena dialah yang paling kaya di desa itu.

Setelah seminggu Pak Boris menjadi kepala desa, Bu Boris menjadi sombong dan tak puas. Ia merasa bosan hanya menjadi istri kepala desa. Maka katanya pada Pak Boris,

“Suamiku, bawalah kapakmu dan kembalilah ke hutan, tempat si Pohon Maple yang mempunyai kendi emas. Mintalah padanya kendi emas yang lebih besar, aku lelah hanya menjadi istri kepala desa!”

Pak Boris tidak membantah. Ia pun tergoda untuk menjadi orang yang lebih berkuasa. Ia segera membawa kapaknya dan pergi ke hutan. Beberapa saat kemudian, ia tiba di puncak bukit, tempat Pohon Maple besar tumbuh.

Pak Boris bersiap-siap mengangkat kapaknya untuk menebang.

Namun sebelum kapaknya turun, tiba-tiba saja pohon maple menguap. Ia menggerakkan mahkota keemasannya dan berkata dengan suara manusia,

“Biarkan aku hidup dalam damai, pria baik. Apakah kau tidak merasa cukup?”

Pak Boris si kepala desa berkata dengan kapak tetap terangkat ke atas, “Uang tidak akan pernah cukup. Istriku lelah menjadi istri kepala desa. Ia  ingin lebih…”

Pohon itu menggerakkan daun-daun keemasannya dan berkata, “Lihatlah ke akar-akarku. Kau akan temukan hadiahmu. Gunakanlah sebaik mungkin, dan jangan kembali ke sini lagi!” ujar Pohon Maple.