Raja Pohon Maple

By Vanda Parengkuan, Senin, 12 Maret 2018 | 13:15 WIB
Raja Pohon Maple (Vanda Parengkuan)

Kini Pak Boris dan Bu Boris menjadi orang yang paling kaya di kerajaan itu. Mereka membeli rumah bagai istana di pusat kota, membeli kuda-kuda mahal, dan punya banyak sekali pelayan. Semua hal yang tak pernah mereka impikan dahulu.

Sayangnya, semua itu tetap belum cukup bagi mereka. Ketika penasihat raja meninggal, raja memanggil semua warga kehormatan. Mereka ingin mencari penasihat raja yang baru. Dan akhirnya, dipilihlah Pak Boris, karena ia yang paling kaya dibandingkan warga kehormatan lainnya. Kekayaannya bahkan hampir menyamai raja sendiri.

Dalam setahun itu, si tukang kayu berhasil menjadi penasihat raja yang terpercaya. Namun istrinya tetap belum merasa cukup. Ia ingin tinggal di istana dan menjadi ratu. Maka ia berkata pada Pak Boris, suaminya,

“Suamiku, bawalah kapakmu dan kembalilah ke hutan, tempat si Pohon Maple yang mempunyai kendi emas. Mintalah padanya kendi emas yang lebih besar, aku lelah hanya menjadi istri penasihat raja!”

Pak Boris lagi-lagi ikut tergoda untuk menjadi orang yang paling berkuasa. Ia segera membawa kapaknya di bawah jubah kehormatannya, dan pergi ke hutan. Beberapa saat kemudian, ia tiba di puncak bukit, tempat Pohon Maple besar tumbuh.

Pak Boris bersiap-siap mengangkat kapaknya untuk menebang.

Namun sebelum kapaknya turun, tiba-tiba saja pohon maple menguap. Ia menggerakkan mahkota keemasannya dan berkata dengan suara manusia,

“Biarkan aku hidup dalam damai, pria baik. Apakah kau tidak merasa cukup?”

Jawaban Pak Boris sama seperti yang sebelumnya. Dan Pohon Maple pun menyuruhnya mengambil hadiahnya di tempat biasanya. Pak Boris menemukan kendi yang sangat sangat besar berisi koin emas.

“Gunakanlah dengan baik, dan ini terakhir kaliknya aku berkata padamu. Jangan kembali lagi ke sini!”

Pak Boris membawa pulang koin-koin emas itu. Kini mereka lebih kaya dari raja. Mereka membangun kastil yang lebih indah dan lebih mewah di seberang istana raja. Bahkan mereka punya lebih banyak pelayan.

Tak lama kemudian, raja pun wafat dan tidak punya keturunan. Para penasihat raja berunding. Tak lama, mereka memutuskan untuk mengangkat Pak Boris sebagai raja, karena kekayaannya bahkan sudah melampaui seorang raja.

Sayangnya, Bu Boris yang kini sudah menjadi istri raja, tetap saja tidak merasa puas.

“Suamiku, bawalah kapakmu dan kembalilah ke hutan, tempat si Pohon Maple yang mempunyai kendi emas. Mintalah padanya kendi emas yang paling besar. Aku tak ingin hanya menjadi ratu manusia. Aku ingin menjadi ratu atas gunung, air, hewan, batu, bunga dan pohon!”

Seperti biasa, Pak Boris tidak membantah. Ia membawa kapaknya dan kembali ke tempat Pohoh Maple besar. Ketika ia siap menebang, Pohon Maple pun  menguap. Ia menggerakkan mahkota keemasannya dan berkata dengan suara manusia,

“Biarkan aku hidup dalam damai, pria baik. Apakah kau tidak merasa cukup?”

Pak Boris si kepala desa berkata dengan kapak tetap terangkat ke atas, “Uang tidak akan pernah cukup. Istriku ingin menjadi ratu atas gunung, air, hewan, batu, bunga dan pohon!”

Pohon itu mendengus dan daun-daunnya gugur dari pohonnya. Namun ia tidak berkata apa apa. Ia merendahkan dahannya bagai lengan dan mengangkat Raja Boris dan ratunya ke udara. Ia melempar, menerbangkan mereka ke udara.

Di udara, suami istri itu berubah menjadi burung. Salah satu dari mereka masih memakai mahkota di kepala dan menyembunyikannya di lubang pohon karena malu. Ketika musim panas, kedua burung itu sering berteriak sedih di hutan. Mereka seperti mencari kerajaannya yang hilang. Kini orang-orang menamakan burung jenis itu burung cuckoo.

Bagaimana dengan Pohon Maple besar itu. Dia adalah raja dari pohon maple. Ia berdiri anggun di tengah hutan, menaikkan kepalanya yang bagai mahkota keemasan. Tak ada orang yang pernah menemukannya lagi. 

Teks: Dok. Majalah Bobo / Dongeng Rusia