Ikan-Ikan di Hutan

By Sylvana Toemon, Jumat, 27 April 2018 | 12:00 WIB
Ikan-Ikan di Hutan (Sylvana Toemon)

“Ah, Bapak ini mulai pikun. Mana ada orang menangkap ikan di hutan,” jawab Bu Halim tak percaya.

“Kalau tak percaya, besok pagi ikut aku ke hutan,” kata Pak Halim.

Malam harinya, Bu Halim tertidur. Pak Halim pergi ke hutan. Sesampainay di sana, ia meletakkan beberapa ekor ikan di tepi jalan. Ia juga meletakkan beberapa ekor kelinci di mata kail. Pak Halim kemudian menggantung beberapa potong kue tar di dahan-dahan pohon. Setelah selesai, pak Halim segera pulang.

Ketika jam menunjukkan pukul 6 pagi, Bu Halim membangunkan suaminya. Mereka sarapan bersama. Setelah sarapan, mereka pergi ke hutan, seperti yang dijanjikan Pak Halim kemarin.

Pak Halim mengajak istrinya ke tempat di mana ia meletakkan ikan. Bu Halim tercengang ketika melihat ikan-ikan itu menggelepar di tepi jalan. Ia juga terkejut melihat kelinci yang terkait mata kail.

“Mengapa tercengang, Bu?” tanya Pak Halim.

“Bukankah di rumah tidak ada lauk? Ambillah ikan-ikan itu untuk menjadi lauk bagi kita,” ujar Pak Halim.

“Aku masih bingung. Kok, di hutan ada ikan,” kata Bu Halim bingung.

Tiba-tiba Bu Halim melihat sebuah pohon yang dahannay penuh dengan kue tar.

“Ehh, Pak. Ada kue di pohon itu!” seru Bu Halim.

“Ibu ini bagaimana, sih? Masa tak tahu kalau kemarin dulu di sini ada hujan kue. Pada hari itu, kami para penebang pesta makan kue tar. Kalau kau mau, ambillah kue itu.”

Kemudian mereka pun pulang. Dua minggu sudah berlalu. Mengenai uang yang ditemukan Pak Halim tak seorang pun mengetahuinya. Namun, akhirnya Bu Halim menceritakan tentang uang yang ditemukan suaminya kepada para tetangga. Ia juga mengatakan kepada mereka uang itu kini disimpan oleh suaminya di dalam tanah di bawah lemari dapur.