BACA JUGA: Bazar Sekolah
“Sekarang umurku 21 tahun, berarti kita surat-suratan sudah 15 tahun yang lalu, ya. Ya ampuun! Waktu tulisanku belum bagus, masih berantakan,” kata Ria.
“Ah, sama! Dulu juga baru belajar menulis surat. Aku selalu senang mendapatkan surat dari sahabat pena. Rasanya tahu banyak tentang Indonesia,” kata Julia.
“Tidak sangka, ya, sekarang kita satu kampus, bahkan satu jurusan kuliah,” kata Ria.
“Bahkan satu kelas dan satu kelompok,” kata Julia menambahkan.
Mereka pun tertawa bersama. Mereka lanjut bercerita sambil berjalan keluar perpustakaan.
Mengenang masa kecil yang sangat seru karena ada Bobo dan juga bisa punya banyak sahabat pena.
Sahabat pena bisa memberi cerita seru tentang daerah dan pengalamannya yang mungkin kita belum tahu.
Tidak ada yang menduga bahwa saat dewasa mereka akhirnya benar-benar bertemu tanpa sengaja seperti ini.
Kalau tidak berawal dari sahabat pena di Bobo, mungkin pembicaraan mereka tidak akan seru seperti sekarang.
“Majalah, majalah, Majalah Bobo untuk anak…” kata seorang penjual majalah di pinggir jalan.
Mereka pun tertawa berdua mendengar seruan penjual itu.
“Aku akan beli satu untuk adikku. Supaya ia bisa seperti kita,” kata Ria.
“Aku juga! Akan aku ceritakan tentang pertemuan ini padanya,” kata Julia.
Mereka pulang dengan perasaan senang dan berjanji untuk bertemu lagi sebagai sahabat bertukar cerita, melanjutkan cerita-cerita saat kecil dulu.
Kisah nyata dari dua pembaca Majalah Bobo yang bertemu saat kuliah di salah satu universitas di Jawa Barat.