Tarian ini mulai dikembangkan pada abad ke-14.
Tari Saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan atau dakwah.
Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan, dan kebersamaan.
BACA JUGA: Tari Gatzi, Tarian Khas Suku Marlind di Papua
Banyak Penari
Awalnya, Tari Saman hanya dimainkan para penari laki-laki.
Jumlahnya tidak lebih dari sepuluh orang, yaitu delapan sebagai penari dan dua sebagai pemberi aba-aba.
Namun pada perkembangannya, tarian ini boleh dimainkan oleh lebih dari sepuluh penari.
Hal ini karena mereka menyadari bahwa semakin ramai penari, maka Tari Saman akan semakin menarik.
Selain itu, para perempuan yang awalnya tidak boleh memainkan tarian ini, juga menjadi diperkenankan untuk memainkannya.
BACA JUGA: Tari Gambyong, Tarian Tradisional dari Surakarta
Tidak Perlu Alat Musik