Mi Kuah yang Dibagi Dua Bersama Ibu  

By Putri Puspita, Sabtu, 1 September 2018 | 17:45 WIB
Sesederhana mi kuah (Putri Puspita)

Ini tahun kedua Dewi jauh dari kedua orang tuanya. Dewi memutuskan untuk ikut Bibi tinggal di kota untuk melanjutkan sekolah karena tidak ada sekolah menengah di desa. Awalnya, ini tidak mudah untuk Dewi, tetapi ia mencoba terus bersemangat untuk meraih cita-citanya.

Dewi duduk di meja belajarnya, memikirkan cerita apa yang akan ia tuliskan sebagai tugas mengarang cerita berbahasa Indonesia. Cerita yang terpilih akan disampaikan di depan kelas. Topik yang diberikan adalah tentang pengalaman paling menyenangkan bersama Ibu. Tidak lama kemudian, Dewi mengingat sesuatu. Ia tersenyum dan segera menulis.

(BACA JUGA:Semoga Ibu Cepat Sembuh)

Kelas mulai riuh. Sebentar lagi Bu Guru Sonia akan menyebutkan murid pertama yang menyampaikan ceritanya di depan kelas. Dewi merasa gugup karena belum terbiasa bercerita di depan banyak teman. Apalagi sebagian besar teman di SMP ini sudah kenal sejak SD, sedangkan Dewi berasal dari desa yang jauh.

Cerita pertama disampaikan oleh Gilang. Ia bercerita tentang pengalamannya bersama Ibu saat tersesat di Singapura. Itu terjadi saat mereka libur bersama. Cerita kedua disampaikan oleh Nabila tentang pengalamannya menanam bunga dari berbagai negara di taman belakang rumahnya.

(BACA JUGA:Semangkok Sup Ikan untuk Ibu)

“Nah, cerita terakhir akan disampaikan oleh Dewi,” kata Bu Guru Sonia. Dewi tersentak kaget. Ia melihat ke kiri dan ke kanan. Semua teman sedang menatapnya.

“Ayo Dewi, maju…” panggil Bu Sonia.

“Iii..yaaa… Bu,” kata Dewi masih gugup.

Dewi sudah ada di depan kelas. Ia melihat ke seluruh kelas. Semua temannya kini menatap Dewi, menunggu ia memulai ceritanya.

“Ini cerita yang sederhana antara aku dan ibu…” kata Dewi memulai.

“Cerita ini sudah lama terjadi karena kami sudah tidak bertemu selama dua tahun karena aku bersekolah di kota, sedangkan Ibu ada di desa yang jauh. Aku sangat merindukannya. Ibu berjanji datang ketika aku lulus SMP nanti…” Mata Dewi berkaca-kaca, tetapi ia coba melanjutkan.