Bobo.id – Cut Nyak Dien merupakan salah satu pahlawan perempuan Indonesia yang berasal dari wilayah Aceh.
Wajah Cut Nyak Dien pernah menghiasi uang pecahan 10.000 rupiah pada akhir tahun 90-an hingga awal tahun 2000-an.
Ada kisah pilu yang berhubungan dengan pahlawan perempuan ini. Makamnya baru ditemukan 50 tahun setelah ia meninggal dunia.
Baca Juga : Wah, 30 Sekolah di Jakarta Siap Menjadi Pahlawan Pertolongan Pertama!
Keluarga Bangsawan
Cut Nyak Dien lahir pada tahun 1848, dari keluarga bangsawan yang taat agama. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia.
Ayah Cut Nyak Dien adalah seorang ulebalang atau panglima perang VI Mukin. O iya, ayahnya masih keturunan Sultan Aceh.
Meski lahir di keluarga bangsawan, Cut Nyak Dien memilih untuk membantu rakyat Aceh yang menderita karena penjajahan Belanda.
Baca Juga : Ivan Banteng Sang Pahlawan
Perang Aceh
Pada tahun 1873, terjadi Perang Aceh. Cut Nyak Dien tak diam saja, ia berada di garis depan melawan pasukan Belanda.
Cut Nyak Dien dikenal sebagai panglima perang yang tangguh di wilayah VI Mukin. Namun, setelah bertahun-tahun bertempur, pasukan yang dipimpinnya mulai terdesak.
Akhirnya, mereka mengungsi ke daera yang terpencil. Namun, semangat untuk melawan penjajah terus dipupuk.
Baca Juga : Cergam Bona: Cerita Pahlawan
Bertempur dengan Teuku Umar
Meski kehilangan banyak orang yang disayanginya, Cut Nyak Dien tidak patah semangat. Suatu hari, ia bertemu dengan Teuku Umar.
Bersama Teuku Umar, Cut Nyak Dien berhasil membangun kekuatan yang baru untuk melawan penjajahan Belanda.
Markas Belanda yang ada di beberapa tempat berhasil dihancurkan. Namun sayang, pada 11 Februari 1899 Teuku Umar gugur.
Baca Juga : Pahlawan Idola
Tetap Berjuang Meski Fisik Melemah
Fisik Cut Nyak Dien kian melemah. Ia dan pasukannya hanya bisa menghindari pasukan Belanda dengan cara bersembunyi di hutan.
Di tengah kondisi itu, pasukan Belanda terus melancarkan tekanan. Pang Laot Ali, panglima perang Cut Nyak Dien, sempat menawarkan untuk menyerah.
Namun, Cut Nyak Dien marah dan menolak untuk menyerah. Ia ingin bertempur hingga titik darah penghabisan.
Baca Juga : Inilah 3 Sikap Kepahlawanan yang Dimiliki Orang
Tertangkap dan Diasingkan
Suatu hari, pasukan khusus Belanda yang dipimpin oleh Letnan van Vurren berhasil menangkap Cut Nyak Dien.
Setelah tertangkap, Cut Nyak Dien pun diasingkan ke Pulau Jawa, tepatnya ke daerah Sumedang, Jawa Barat.
Selama di pengasingan, Cut Nyak Dien yang penglihatannya semakin berkurang merahasiakan statusnya. Ia mengisi kegiatannya dengan mengajar agama.
Baca Juga : Pahlawan Nasional: Sultan Hasanuddin
Wafat dan Dimakamkan di Sumedang
Pada 6 November 1908, Cut Nyak Dien wafat dan dimakamkan di Sumedang. Orang disekitarnya tidak tahu kalau Cut Nyak Dien adalah seorang pejuang.
Setelah berpuluh tahun, Indonesia merdeka. Pemda Aceh melakukan penelusuran terhadap makam Cut Nyak Dien.
Makamnya baru berhasil diketahui secara pasti pada tahun 1960, sekitar 50 tahun setelah kematiannya.
Baca Juga : Pak Yali Inggibal, Pahlawan Kebersihan dari Wamena
Dijuluki Ratu Aceh
Karena sikap dan perjuangannya, banyak orang yang kagum dengan sosok Cut Nyak Dien. Ia pun dijadikan salah satu pahlawan perempuan Indonesia.
Pejuangan Cut Nyak Dien juga membuat seorang penulis dan sejarahwan Belanda, Ny Szekly Lulof, kagum. Ia pun menggelari Cut Nyak Dien dengan sebutan Ratu Aceh.
Lihat video ini juga, yuk!