Cerpen Anak: Daun Keemasan

By Sepdian Anindyajati, Rabu, 24 Oktober 2018 | 18:55 WIB
Daun Keemasan. (Dok. Majalah Bobo)

Bobo.id - Teman-teman yang suka cerita pendek atau cerpen pasti sudah menunggu cerpen anak berikutnya, kan?

Cerpen anak kali ini bercerita daun keemasan. 

Hmm.. seperti apa cerpen anak kali ini? Yuk, ikuti ceritanya!

------------------------------------------------------------

Mama, Papa, dan Ninda akhirnya tiba di peternakan milik Kakek Duta. Papa memarkir mobilnya di dalam halaman rumput luas yang dikelilingi pagar kayu. Mobil papa kini terparkir di bawah pohon besar.

Papa dan mama menengok ke belakang sebelum turun dari mobil. Mereka melihat ke Ninda dengan agak cemas.

“Nin, papa akan tinggalkan mobil di sini. Kamu dan Tedi tunggu sebentar di sini ya. Papa dan Mama cuma sebentar ke kandang kuda Kakek Duta. Kudanya akan melahirkan bayi kuda,” kata papa.

“Nanti kalau bayinya sudah lahir, kamu mama jemput ya,” kata mama lagi.

Ninda mengangguk. Ia sudah beberapa kali ikut mama dan papa ke tempat istal kuda. Mama dan papanya adalah dokter hewan. Mereka sebetulnya akan berkunjung ke rumah Bibi Luisa, adik mama Ninda. Hari itu, Bibi Luisa berulang tahun.

Namun Kakek Duta menelepon papa Ninda saat di jalan tadi dan meminta tolong untuk ke istalnya sebentar. Kudanya akan melahirkan bayi namun mengalami kesulitan. Induk kuda tampak kesakitan katanya.  

“Jangan lama-lama ya, Ma, Pa!” kata Ninda.

Baca Juga : Kenangan Indah yang Tertinggal di Halaman Belakang Rumah Nenek

“Iya. Semoga bayi kudanya bisa cepat lahir. Induk kudanya sedang sakit. Tunggu yang sabar ya, di sini,” kata mama.

Ninda mengangguk. Papa dan mama lalu turun dari mobil. Mereka berjalan menuju istal kuda yang cukup jauh dari tempat parkir mobil. Cukup jauh bagi anak sekecil Ninda.

Ninda memang tidak akan kesepian. Karena ada boneka Tedi yang akan menemaninya. Ia dan Tedi bisa mencari permainan agar tidak bosan.

Ninda merasa bosan di dalam mobil. Ia segera turun. Di dekatnya ada pohon oak besar. Dahan-dahannya juga besar dan melengkung. Daun daunnya tampak indah keemasan karena sedang musim gugur.

Mereka berada di halaman berumput milik Kakek Duta. Halaman yang sangat luas, tempat kuda-kuda kakek Duta berlari dan merumput. Pagar-pagar kayunya cukup tinggi dan pagarnya digembok. Walau tidak digembok, Ninda juga tidak berani keluar dari tempat itu.

Baca Juga : Ketika Bang Kimin Bercerita

“Ooo, Tedi. Aku tidak bisa berpikir apa-apa. Kita main apa, ya, Tedi.

Rumputnya basah. Aku tidak mau mengotori sepatuku. Aku kan mau ke ulang tahun Bibi Luisa,” Ninda berbisik di telinga bonekanya. “Aku harap ada seseorang yang bisa diajak main.”

Daun Keemasan. (Dok. Majalah Bobo)

Saat itu, tiba-tiba angin bertiup menggerakkan dahan-dahan pohon besar pohon oak. Daun daun gugur dari pohon mulai berjatuhan di sekeliling mereka.

“Sebelum daun-daun itu jatuh, aku bisa mengucapkan keinginanku…” gumam Ninda sambil tersenyum.

Ninda menjatuhkan Tedi di rumput. Ia lalu berlari dengan kedua tangan direntangkan. Ia tak peduli lagi sepatunya kotor. Ada daun besar keemasan yang berputar dan jatuh ke arah mereka.

“Aku harap, bayi kudanya bisa lahir dengan selamat. Aku harap induk kuda tidak sakit lagi,” bisik Ninda mengucapkan keinginannya.

Lalu angin bertiup lagi, semakin kencang dari yang bertama. Saat itu daun daun berguguran lagi dan jatuh ke tanah membentuk putaran spiral, berkeliling dan berkeliling. Ninda lari di sekeliling putaran daun-daun itu sambil menggendong Tedi.

Baca Juga : Misteri Pintu Berukir

Tiba tiba angin berhenti bertidup. Daun daun berhenti berputar dan jatuh ke tanah. Ninda kelelahan. Ia lalu menggendong Tedi, masuk kembali ke dalam mobil. Ninda beristirahat dan mengatur napas sebentar di dalam mobil.

Beberapa saat kemudian, pohon mulai berbunyi lagi. Angin datang lagi dan daun-daun kering kembali ditiup. Ninda dan Tedi keluar dari mobil lagi dan mengejar daun-daun lagi.

Ninda dan Tedi tidak kesepian. Sampai akhirnya Mama datang dan menjemput mereka.

“Ayo, lihat bayi kudanya sudah lahir dengan selamat. Induknya juga sudah sehat,” ajak Mama. Wah, gembiranya hati Ninda, doanya terkabul.  

Sumber: Arsip Bobo