Si serigala berterimakasih kepada Sang Elang, lalu pergi untuk memakan anak kuda itu.
“Aku akan menelanmu bulat-bulat, anak kuda yang malang!”
“Mengapa, e-engkau berkata seperti itu?” tanya anak kuda itu ketakutan.
“Raja memerintahkanku untuk melakukannya!”
“ Bagaimana dia bisa memerintahkanmu seperti itu? Aku mempunyai cap yang Raja berikan langsung kepadaku, sehingga kamu tidak bisa memakanku.”
“Di mana cap itu?” tanya serigala.
“Di kaki belakangku.” Kata si anak kuda.
Baca Juga : Burung Kaki Biru yang Suka Menari dan Bisa Hidup Belasan Tahun
Serigala itu mulai memeriksa kaki belakang anak kuda. Ketika serigala itu mencarinya, anak kuda itu langsung menendang wajah serigala malang itu.
Ketika serigala itu telah sadar, anak kuda itu telah melarikan diri.
Serigala itu kembali kepada Sang Elang, “Rajaku yang Agung, aku sangat kelaparan, aku benar-benar ingin menangis! Berikanlah sesuatu untukku“.
“Tapi aku sudah mengizinkanmu untuk melahap anak kuda itu.” Kata si elang tua.
“Anak kuda itu sangat menyebalkan, ia menendang aku lalu melarikan diri.”
“Baiklah kalau begitu. Lahaplah kambing gunung itu, dia ada di sebelah sana.”
Serigala berterimakasih kepada si elang tua, lalu pergi menemui si kambing gunung.
“Hei, kambing gunung, aku akan menelanmu hidup-hidup!” teriak serigala.
Baca Juga : Sifat Asli Api Itu Gas, Cair, atau Padat? Ayo Cari Tahu Jawabannya!
“Mengapa engkau sangat ingin menelanku?”
“Raja memerintahkanku untuk melakukan demikian.”
“Baiklah, bagian mana yang ingin engkau telan terlebih dahulu, mulai dari kepala, atau dari ekor?”
“Aku tidak peduli, bagaimana menurutmu?”
“Lebih baik kamu memulai dari kepalaku. Baiklah aku akan memberitahumu, berdirilah tepat di depanku, dan aku akan masuk ke dalam mulutmu.”
Serigala itu lalu berdiri tepat di depannya, lalu membuka mulutnya. Kambing gunung itu lalu mengambil ancang-ancang, lalu berlari dengan sangat kencang ke arah serigala, dan menyeruduknya dengan tanduknya. Serigala itu terpental, dan jatuh ke dalam jurang.
Baca Juga : Sisir Raksasa untuk Menyisir dan Membersihkan Sampah di Sungai
Ketika serigala tersadar, ia lalu memanjat tebing jurang itu dengan cakarnya. Setelah ia sampai di atas, kambing gunung itu sudah melarikan diri. Serigala itu kembali kepada Sang Elang, lalu mengadu kepadanya, “Rajaku yang Mulia, aku masih sangat lapar! Tolong, berikanlah aku sedikit makanan!”
“Tapi, aku sudah mengizinkanmu untuk memakan kambing gunung itu.” Ujar Sang Elang.”
“Tapi, kambing gunung itu terlalu licik! Ia mendorong aku ke dalam jurang dengan tanduknya!”
“Baiklah, telanlah seorang penjahit yang berada di sana. Tapi, janganlah kembali lagi kepadaku, atau aku akan memerintahkan Billy si polisi untuk memenjarakanmu!”
Serigala itu sekali lagi berterimakasih kepada Sang Elang, dan berjalan menemui si penjahit.
“Hai penjahit, aku akan menelanmu bulat-bulat!” teriak serigala.
“Mengapa engkau melakukan itu kepadaku!” kata si penjahit.
“Raja yang memerintahkanku.”
“Baiklah, itu tidak berarti untukku. Kemari dan cobalah telan aku, anjing kecil!”
“Hey, aku bukan anjing, aku serigala!” teriak serigala.
Baca Juga : Asyik, Kita Bisa Mengatur Waktu Pemakaian dengan Fitur Baru Instagram
“Benarkah? Aku tidak tau kamu itu serigala. Untuk seukuranmu, engkau sangat kecil untuk seekor serigala. Coba datanglah kemari, sehingga aku bisa memastikan apakah engkau anjing atau serigala.
Serigala itu datang kepada si penjahit. Penjahit itu lalu mengelilingi si serigala, dari depan ke belakang.
“Ini tidak terlihat benar, ekormu tidak seharusnya berada di sini. Biarkan aku memotongnya!”
Sebelum serigala sempat bergerak, dengan cepat penjahit memotong ekornya dengan gunting, lalu berlari ke dalam hutan.
Serigala itu sangat marah, dan mulai melolong. Tapi, ke mana ia harus melangkah, sedangkan Sang Elang tidak ingin bertemu lagi dengan dirinya?
Baca Juga : Bukan Hanya Saturnus yang Bercincin, Asteroid Juga Ada yang Bercincin
Lantas, serigala itu menemui saudaranya.
“Di mana kamu meletakkan ekormu, saudaraku?”
“Seorang penjahit menipuku dan memotong ekorku.”
Saudaranya begitu marah, mereka berdua lalu mengejar si penjahit itu di dalam hutan. Ketika penjahit itu melihat kedua serigala itu, ia berlari, lalu memanjat ke atas pohon. Kedua serigala itu berlari menyusul penjahit, dan berdiri di bawah pohon tempat penjahit itu bersembunyi.
“Turunlah kamu, penjahit! Kami akan menelanmu hidup-hidup, karena kamu telah memotong ekor saudaraku!” kata saudara serigala itu.
“Tidak, aku tidak akan turun! Kalianlah yang harus naik ke atas, apabila ingin menangkapku!” teriak si penjahit.
Baca Juga : Kenapa Kucing Sering Menjilati Tubuhnya? Ternyata Ini Tujuannya!
Kedua serigala itu melompat setinggi-tingginya dan mencoba memanjat pohon itu, namun usaha mereka sia-sia.
“Aku mempunyai ide, saudaraku. Kamu berdirilah di bawah pohon, dan kita akan saling menaikki punggung satu sama lain, sehingga kita bisa mencapai atas pohon, dan menangkap penjahit itu!” kata saudaranya.
Mereka lalu menjalankan rencana mereka. Saudara serigala itu mulai menaikki punggung si serigala tanpa ekor, dan serigala tanpa ekor lalu menaiki punggung saudaranya. Ketika mereka sudah mencapai atas dan mulai mendekati si penjahit, teriaklah si penjahit, “Datanglah, serigala yang lucu, aku akan memastikan letak kembali letak tubuhmu. Kali ini, kita lihat bagaimana posisi telingamu!” goda penjahit.
Mendengar hal itu, merindinglah serigala tanpa ekor itu, mengingat penjahit itu menghilangkan ekornya. Serigala tanpa ekor itu melompat dari pohon ketakutan, padahal ia sedang berada di bawah untuk menopang saudaranya, hingga terjatuhlah saudaranya ke bawah. Karena marah, dikejarlah serigala tanpa ekor itu oleh saudaranya.
Baca Juga : Film Robin Hood Telah Rilis, Simak 5 Fakta Seputar Robin Hood, Yuk!
Penjahit itu tertawa terbahak-bahak. Tanpa sadar, ia kehilangan keseimbangannya, lalu terjatuh dari atas pohon. Ia bangun, lalu pulang sambil tertawa puas.
Begitulah nasib dari serigala tanpa ekor. Ia berjalan, dan berjalan tanpa ekor hari ini. Ia tidak berani melapor pada Sang Elang, karena ia tidak tau apa yang harus dikatakan.
Cerita: Arsip Majalah Bobo. Ilustrasi: Joko Setyo P.
Penulis | : | Sepdian Anindyajati |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR