Jalu tersenyum-senyum sendiri. Ibunya memberi tahu, Tante Rini dan kedua putri kembarnya, Deva dan Devi, akan berlibur seminggu di rumahnya. Keluarga Tante Rini memang tinggal di Surabaya, sedangkan Jalu di Yogyakarta. Jalu sebaya dengan Deva dan Devi. Mereka sama-sama duduk di kelas tiga.
Jalu membayangkan, tentu akan ramai sekali jika si kembar itu menginap di rumahnya. Deva dan Devi penakut. Jalu suka sekali mengganggu mereka. Terakhir kali mereka berlibur di rumahnya, Jalu memasukkan kadal mainan ke koper pakaian Deva. Kedua anak itu sampai menjerit-jerit.
Ah, Jalu tersenyum sendiri mengingat kejadian itu. Kini otak usilnya mulai menyusun rencana. Apa lagi yang bisa ia lakukan untuk menggoda si kembar?
Hari menjelang malam ketika Tante Rini dan kedua putrinya tiba di rumah Jalu. Jalu menyambut mereka sambil nyengir lebar.
"Hei, kali ini kamu tidak bisa mengusili kami lagi," ujar Deva. "Kami sudah punya strategi hebat untuk menghadapi kamu!"
"Hush! Kalian ini! Ketemu saudara bukannya memberi salam, malah main ancam,” tegur Tante Rini. Jalu yang merasa dibela jadi tertawa mengejek. Deva langsung memonyongkan bibirnya.
Jalu senang sekali karena si kembar yang lucu itu menginap di rumahnya. Beberapa keusilannya berhasil, dan membuat si kembar marah.
Suatu malam minggu, Ayah, Ibu, dan Tante Rini pergi ke rumah sakit menengok teman mereka. Jalu, Deva dan Devi malas ikut. Sepeninggal orang tua rnereka, Jalu dan si kembar menghabiskan waktu dengan menonton tv, main tebak-tebakan, baca majalah dan main kartu. Lama-lama Jalu bosan juga.
"Sebentar ya, aku ke kamar dulu!" pamit Jalu.
"Jangan lama-lama, lo! Kami takut kalau cuma berdua di sini," pesan Devi.
Sampai di kamar, otak usil Jalu mulai bekerja. Jalu memandang sekeliling kamar. Matanya lalu tertumbuk pada sebuah guling di atas tempat tidurnya. Jalu tersenyum lalu membuka lemari pakaiannya. Ia mengambil sprei putih. Dengan cekatan dibungkusnya guling itu dengan sprei putih dan diikat di kedua ujungnya.
"Mereka pasti akan ketakutan melihat guling pocong ini," pikir Jalu.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR