Setelah berpikir sejenak, Jalu meletakkan guling itu di sudut kamar dalam posisi berdiri.
"Nanti akan kusuruh salah satu dari si kembar untuk mengambil sesuatu di kamarku. Pasti asyik kalau bisa melihat mereka menjerit-jerit ketakutan lagi."
Jalu tersenyum puas dengan rencananya.
"Jalu! Kamu ngapain di kamar? Kok, lama banget?" terdengar teriakan Deva.
"lya, sebentar!" Jalu bergegas mematikan lampu dan keluar dari kamarnya.
"Main kartu lagi, yuk!" ajak Devi. Akhirnya mereka bertiga pun kembali main kartu. Eh, sedang asyikasyiknya main kartu, tiba-tiba....pet! Listrik padam. Deva dan Devi menjerit serentak.
"Jalu, cepat cari lilin! Gelap, nih!" suara Devi terdengar agak gemetar.
"lya, iya, sebentar. Gitu aja takut! Aku ambil senter dulu di kamarku," kata Jalu menenangkan.
Padahal sebenarnya ia sendiri pun agak takut. Terlintas bayangan film-film horor yang sering ditontonnya.
"Jalu, cepat, dong!" teriak Deva.
"lya, iya!" Jalu memberanikan diri beranjak dari kursinya. la berjalan sambil meraba-raba menuju ke kamarnya. Terdengar suara pintu dibuka. Tiba-tiba, "AAAAAA..." Jalu menjerit keras sekali. Jeritan ketakutan. Deva dan Devi langsung berpegangan tangan.
"Ja... Jalu... ka...kamu kenapa?" tanya Devi terbata-bata. Tapi Jalu tidak menjawab. Hanya terdengar suaranya yang gemetar.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR