Bobo.id - Di beberapa daerah di Indonesia, seperti daerah Indonesia Timur, ada tradisi mengunyah sirih yang disebut menginang atau menyirih.
Tradisi menginang banyak dilakukan oleh masyarakat di Indonesia bagian timur, seperti Papua Nugini dan Nusa Tenggara.
Tapi selain di Indonesia bagian timur, tradisi mengunyah sirih ini juga dilakukan di Sumatera dan Sulawesi, seperti dilakukan oleh masyarakat Batak dan juga di Aceh.
Sebutan untuk kebiasaan menginang ini pun berbeda-beda di setiap daerah, seperti bersugi, bersisik, menyepah, nyusur, atau menyirih.
Baca Juga : Hari Ini Hari Batik Nasional, Sudah Pernah Mengunjungi Kampung Batik?
Untuk menginang ada beberapa bahan yang harus disiapkan, teman-teman, yaitu sirih, kapur, pinang, cengkih, dan gambir.
Nah, bahan-bahan tadi dibungkus menggunakan daun sirih dan kemudian gulungan tersebut kita kunyah, teman-teman.
Akibat dari mengunyah gulungan sirih ini, akan membuat mulut dan gigi menjadi merah, lo.
Warna merah ini dihasilkan dari campuran zat yang terkandung dari bahan-bahan tadi.
Baca Juga : Serba-serbi Daun Sirih, Ada yang Menjadikannya Simbol Memuliakan Tamu
Kebiasaan menginang ini dikatakan dapat membuat gigi menjadi kuat, karena sirih akan dikunyah dalam waktu lama bisa memicu produksi air liur.
Air liur mengandung bermacam-macam jenis protein dan mineral yang baik untuk menjaga kesehatan mulut, termasuk gigi.
Selain itu, menginang juga bisa mencegah penyakit gusi, karena air liur juga bisa membersihkan gusi dari sisa makanan atau kotoran yang menempel.
Air liur juga punya fungsi lain, yaitu membantu pencernaan kita agar lebih mudah mengikat dan melembutkan makanan.
Baca Juga : Yuk Kenalan dengan Rizky yang Bercita-cita Menjadi Abdi Dalem!
Tidak hanya berguna untuk kesehatan mulut, menginang atau menyirih juga bisa meningkatkan energi, nih, teman-teman.
Biji pinang yang dikunyah mengandung zat psikoaktif yang membuat tubuh memproduksi hormon adrenalin.
Hormon adrenalin ini akan membuat kita menjadi lebih segar, waspada, dan membuat energi kita bertambah.
Kebiasaan menginang ini tidak hanya dilakukan dengan cara dikunyah saja, teman-teman, tapi juga sebagai sebuah simbol budaya di setiap daerah.
Di beberapa daerah seperti Papua, sirih dan bahan-bahan lainnya disajikan kepada para tamu yang datang sebagai salah satu wujud penyambutan tamu.
Di daerah Sumatera, sirih juga digunakan sebagai undangan pernikahan, lo! Caranya adalah dengan cara membawa sehelai daun sirih ke tempat orang yang akan diundang dalam acara pernikahan.
Dalam upacara pernikahan, sirih dan bahan lainnya, seperti kapur, gambir, dan pinang akan diletakkan di carana, wadah yang diberi alas bersulam emas, sebagai simbol hati yang tulus dan sikap hormat.
Baca Juga : 300 Ribu Cahaya Lampu Menerangi India Saat Festival Diwali, Keren!
O iya, selain di Indonesia, tradisi menginang ini ternyata sudah menjadi kebiasaan masyarakat di Asia Tenggara, lo.
Hal ini terbukti dari para penjelajah seperti Ibnu Batutah dan Vasco de Gama yang suka mengunyah sirih.
Dalam catatatan pelaut terkenal, Marco Polo, dituliskan kalau orang India juga menggunakan sirih, tapi tidak untuk dikunyah.
Orang India menggunakan sirih sebagai persembahan kepada para dewa saat berdoa di kuil.
Lihat video ini juga, yuk!
Source | : | Berbagai Sumber |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR